IMG_1538
Suasana Jl Thamrin Denpasar saat pengerjaan proyek trotoar dan gorong-gorong. ‘Culvert box’ atau beton berbentuk ‘U kotak’ adalah bahan gorong-gorong.

Pada sekitar enam bulan terakhir tahun 2015, beberapa ruas jalan di kota Denpasar mendapat proyek terintegrasi untuk trotoar dan got. Artinya, trotoar dan gorong-gorong diperbaiki sekalian, bukan satu-satu atau setengah-setengah seperti yang sudah-sudah.

Sebagian besar proyek trotoar dan gorong-gorong itu rampung pada pertengahan Desember 2015.

Proyek ini dilaksanakan dengan profesional. Dikatakan profesional karena pengerjaannya menggunakan alat kerja yang memadai, misalnya untuk membuat got dibuatkan  culvert box (beton berbentuk U siku) sehingga tinggal memasang. Untuk penggalian got digunakan traktor keruk (excavator crane) bukan manual pakai tangan. Untuk memasang got yang sudah tercetak-cetak berbentuk huruf “U kotak” itu dilakukan dengan traktor crane.

Proyek yang banyak dan besar dapat dikerjakan dengan lebih cepat dari yang dibayangkan. Walaupun dikerjakan dengan peralatan yang memadai, pelaksanaan proyek juga sering menimbulkan kemacetan.

Tapi, bisa dimaklumi, karena jalan-jalan sudah sangat padat, ditambah lagi ada proyek yang menutup sedikit ruas jalan, kemacetan tak terhindarkan. Kemacetan di Jln Setiabudi, misalnya, bsia melebar ke kemacetan Jln Gunung Agung, Wahidin, dan bahkan Thamrin.

Namun, bisa dibayangkan bahwa kemacetan akan lebih gawat kalau proyek dikerjakan dengan manual atau kurang professional.

IMG_1541
Suasana pengerjaan proyek.

 Terintegrasi

Dalam proyek kali ini, pengerjaan trotoar dan got dilaksanakan dengan terintegrasi atau sinkron. Keduanya diperbaiki dalam satu gayung.

Sebelumnya, sering terjadi proyek trotoar yang tidak sinkron dengan proyek got. Trotoar diperbaiki, got di bawahnya tidak digali. Di permukaan baik, tapi got di bawahnya dibiarkan. Mungkin juga di beberapa tempat tidak ada got sama sekali di bawah trotoar yang mulus. Saat hujan, air tak masuk ke got tapi mengalir menjadi banjir di permukaan jalan.

Dengan proyek terintegrasi itu, trotoar menjadi (lebih) baik dan saluran air jelas dalam dan cukup lebar. Air hujan dibuatkan saluran agar mudah masuk ke got, dan mengalir lancar sehingga tercegah banjir.

Ketika Desember 2015 turun hujan, proyek trotoar yang dirancang bisa mengalirkan air dengan baik itu ternyata masih menimbulkan persoalan di beberapa tempat karena air tidak langsung masuk ke dalam got. Lubang untuk mengirim air ke dalam got terlalu kecil atau posisinya kurang rendah.

Karena proyek masih dalam tahap finishing, para tukang masih bisa memperbaiki. Semoga setelah rampung semua, tidak lagi timbul masalah air mengalir di permukaan, agar tidak banjir, agar tidak sia-sia membuat got ‘lebar dan dalam’.

Dengan got berbentuk ‘U kotak’ itu, pendangkalan got tidak mudah terjadi. Air dan lumpur akan mudah mengalir. Paling tidak seperti itu yang dibayangkan. Adalah tugas pengawas proyek untuk memastikan kualitas pekerjaan yang baik sehingga tujuan tercapai.

IMG_1531
Culvert box atau cetakan got diparkir di Lapangan Kompyang Sujana Denpasar sebelum dipasang di daerak sekitarnya.

Belum Semua

Sampai akhir tahun 2015, sudah banyak ruas jalan di Denpasar yang dapat proyek sinkron trotoar dan got. Namun, belum semua karena begitu banyaknya ruas jalan yang ada di Denpasar. Jalan Gunung Agung bagian timur sudah beres sedikit, sisanya ke Barat belum. Jalan Thamrin sudah semua, tapi Jalan Hasanudin belum.

Proyek serupa sudah lebih dulu dilaksanakan di Kabupaten Badung. Banyak ruas jalan di Kabupaten Badung yang sudah rapi, seperti di Dalung, dan bahkan di beberapa bagian jauh di sana di Desa Carangsari, atau di jalan-jalan desa perbatasan Gianyar dan Badung.

Mungkin, proyek di Denpasar akan dilanjutkan tahun 2016. Semoga proyek ini bisa menyelesaikan masalah banjir permukaan jalan, kalau tidak sia-sia dana besar untuk membuat got lebar dan dalam namun tidak bisa mengatasi masalah air mengalir di permukaan jalan.

Pejalan Kaki

Dengan adanya trotoar yang baik, makin meningkatlah mutu pedestrian tempat pejalan kaki melangkah. Sebelumnya, banyak trotoar kurnag baik dan tidak aman dan tidak ramah untuk pejalanan kaki karena berlubang atau tidak rata, atau sempit. Kini, sudah rata dan teratur.

Hanya saja, saying sekali, kalau trotoar yang baik itu lalu digunakan parkir kendaraan, atau untuk berjualan, atau memasang tanda promosi atau tiang baliho sehingga menghalangi pejalan kaki.

Kesadaran masyarakat diperlukan untuk menjaga trotoar untuk kenyamanan pejalan kaki dan kita semua. Pada situasi lalu-lintas Kota Denpasar yang sangat padat, yang sering macet, ruang untuk pejalan kaki sangat perlu.

Kesadaran lain yang diperlukan adalah agar warga tidak sembarangan membuang sampah. Sampah bertumpuk dapat menyumbat got seperti yang terjadi di berbagai tempat dan terparah di wilayah Perumnas Monang Maning. Saat hujan pertengahan Desember 2015, daerah di sana kebanjiran (dap, 24 des 2015).

img_20150120_102730
Banjir di Denpasar (Foto Internet)

 banjir dps des 2015

Suasana jalan-jalan di Denpasar, Desember 2015. (Foto Internet)

Soroti Kualitas Drainase

Hujan yang mengguyur Denpasar bulan Januari dan Februari membuktikan bahwa proyek saluran air (drainase) yang dibuat tidak mampu menampung air dengan baik. Sebetulnya tidak ada banyak hujan di Denpasar saat bulan-bulan itu tetapi sekali deras beberapa jam, jalanan sudah banjir. Masyarakat dan anggota DPRD kota Denpasar mengeluhkan kualitas proyek drainase.

Memang, Jalan Sutomo di Gerenceng yang mendaapt proyek drainase terintegrasi air sempat meluap padahal curah hujan belum optimal sekali. Anggota DPRD Denpasar Ekao Supriadi mengeluahkan hal itu. “Ini mengindikasikan jika pola pengerjaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan,” katanya seperti dikutip Bali Post (6/2/2016, hlm. 2).

Lubang yang dibuat untuk menyalurkan air ke got tampak kurang baik, terlalu kecil, dan kurang merendah. Air hujan tak tertarik memasuk ke dalamnya maka air pun mengalir di permukaan jalan sehingga jalanan banjir.  Akankah segera diperbaiki?

12695127_10208167225399789_1741933566_o
Bali Post, Sabtu, 6 Februari 2016, p. 2.