Anyaman perempuan Bali Aga, melestarikan kearifan lokal (Foto Darma Putra)

Pemuliaan terhadap perempuan Bali tidak saja terjadi secara verbal dan ideal melalui teks-teks kitab suci seperti kompendium Hindu Manawa Dharma Sastra, tetapi juga dalam kehidupan nyata sehari-hari. Dalam berbagai masyarakat Bali, perempuan memainkan peran dominan dalam penyiapan dan pelaksanaan ritual, tidak saja sebagai insan-insan yang menyiapkan sesajen dan hidangan, tetapi juga sebagai pemimpin upacara.

Di Desa Sidetapa, sebuah desa Bali Aga atau Desa Tua, di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali Utara, pemimpin upacara yang disebut dengan Jero Balian Gede, harus seorang perempuan, tidak boleh laki-laki. Dalam kehidupan sosial dan ekonomi, perempuan Bali juga aktif bekerja untuk mendapatkan penghasilan yang diperlukan untuk menjaga asap dapur tetap mengepul. Meski sibuk kerja dalam dunia publik, perempuan-perempuan Bali tetap berada di garis depan.

Ritual serangkaian penanaman pagi gaga (Foto Mardika)

Artikel ini membahas pemuliaan perempuan Bali Aga dalam dua ranah, yaitu ranah adat dan dalam ranah anyaman produk kerajinan bambu di Desa Sidetapa dan desa Bali Aga lainnya di kawasan panca-desa Bali Aga yaitu Desa Sidetapa, Cempaga, Tigawasa, Pedawa, dan Banyusri (SCTPB).

Artikel lengkap dalam bentuk file pdf bisa diunduh dalam link di atas: Perempuan Bali Aga atau lewat link Research Gate.

Perempuan Bali Aga terampil menganyam (Foto Wayan Ariawan)