Meski sudah seminggu berlalu, suasana Tahun Baru Imlek masih mewarnai Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, khususnya terminal keberangkatan internasional.
Saya merasakan suasana Imlek itu dalam perjalanan menuju Jepang, Sabtu, 28 Januari 2023, dini hari.
Suasana Imlek terasa melalui lampion-lampion warna merah baik yang bundar maupun yang berbentuk selinder. Lampion-lampion terpasang di restoran, di toko duty free, dan gerai lainnya.
Hiasan tematik Imlek ini mengingatkan pada hiasan tematik Nyepi dengan pemasangan ogoh-ogoh sebagai dekorasi budaya tematik dan aktual sesuai dengan perayaan yang tiba.
Pohon Natal akan mewarnai terminal keberangkatan kalau perayaan Hari Natal dan Tahun Baru tiba. Dekorasi tematik seperti ini bisa menambah citra baik bandara.
Hiasan Imlek juga dilengkapi dengan photo booth (latar belakang untuk berfoto) yang berisi tulisan Happy Chinese New Year 2023. Dalam latar belakang bernuansa khas merah itu, juga dilengkapi gambaran kelinci menandai tahun ini adalah tahun kelinci.
Boneka papan kelinci juga dipasang membuat anak-anak yang lewat tertarik bercanda, seperti terlihat malam itu.
Pasca-Covid, pariwisata Bali mulai bangkit tetapi suasana di ruang keberangkatan Bandara Ngurah Rai tidak seramai sebelum Covid.
Belum ramainya penumpang membuat proses perjalanan menjadi lancar dan nyaman. Hal ini terasa mulai dari saat cek-in di konter penerbangan, masuk antre di keamanan, dan juga di konter Imigrasi.
Semua berjalan tertib dan nyaman tanpa khawatir antrian.
Pariwisata Bali dan Indonesia sedang pemulihan kencang, nanti kemungkinan kenyamanan antrean akan terasa seperti dulu. Apalagi pintu penerbangan ke Bali dari Cina sudah mulai mendatangkan wisatawan, dimulai dalam suasa suka-cita Tahun Baru Imlek 2023 ini.
Sebelum pandemi, Cina menyumbangkan sekitar 1,3 juta turis per tahun ke Bali, angka paling tinggi, melampaui angka turis Australia yang juga senantiasa tinggi karena kedekatan Bali dari Benua Kanguru.
Tatakala pariwisata ramai, wisatawan biasanya sulit mencari tempat duduk di ruang tunggu keberangkatan internasional. Jika mau duduk harus di restorant sambil belanja.
Sementara ini, kepadatan seperti pra-covid belum terasa. Mungkin tak lama lagi Bandara Ngurah Rai akan ramai lagi.
Walau belum terlalu ramai, pengelola kedai dan toko serta restoran makanan semangat menyajikan dagangannya. Di toko bebas bea, tampak terjual aneka coklat produk internasional dan juga coklat merk Bali Island Chocolates. Tanda diskon terpasang jelas untuk memikat hati pembeli.
Gerai oleh-oleh yang menjual souvenir berupa kotak penyimpan hiasan aneka rupa seperti buah nenas atau gajah tampak indah bercahaya, ditawarkan dengan tarif rentang 700 ribu sampai 1,7 juta rupiah.
Made’s Warung yang buka di dekat Pintu 1 tampak ramai. Banyak pelanggan yang menikmati makan malam sambil menanti penerbangan mereka ke Australia atau Jepang.
Ini perjalanan pertama saya ke luar negeri setelah pandemi. Kota Tujuan adalah Tokyo. Perjalanan pertama ini seakan menyambung perjalanan ke luar negeri terakhir sebelum Covid yaitu ke Jepang juga, bulan Oktober 2019.
Kalau saat itu, kunjungan ke Jepang adalah untuk menjadi dosen tamu di Toyo University, kali ini, 28 Januari – 7 Februari 2023, untuk tujuan sama di Osehi University, keduanya di Tokyo.
Kalau dulu datang dalam musim gugur hawa nyaman, kini Januari masih musim dingin. Laporan suhu adalah antara minus 1- 7 derajat.
Sungguh dingin di luar, namun undangan sebagai dosen tamu membuat hati sungguh hangat.