Sudah lima bulan waktu berjalan, sudah banyak yang dikerjakan, namun persentase kerampungan hanya baru sekitar 20%, alias seperlima. Pekerjaan ke depan masih banyak, termasuk bagian yang memerlukan lebih banyak waktu: interior design, kitchen, dan finishing semua aspek.
Kilas balik, setelah upacara ngeruak karang, ngantukang Bhatara Sri, 25 Agustus 2022 lalu, sampai 14 Januari 2023, bangunan sudah berdiri. Tembok-tembok sudah bertahap dipasang, ngedak lantai atas (pantai satu) juga sudah.
Sejauh ini, pengerjaan proyek tergolong lancar, tidak ada rintangan yang berarti. Pada minggu terakhir Desember 2023, sempat turun hujan mendadak-mendadak dan superderas, disertai angin kencang dan tumbangnya pohon di berbagai daerah di Bali, ikut membuat tukang di proyek rumah Kusuma Bangsa, Semila Jati, Denpasar Utara, henti bekerja.
Dalam satu minggu, hampir setiap sore, sekitar pk. 14.00 hujan turun deras. Syukur saat itu, ngedak beton di lantai atas sudah selesai. Tidak ada yang dihambat oleh cuaca, justru karena hujan turun, tukang tidak perlu menyiram beton yang sudah kering. Tugas menyiram sudah diambil alih oleh hujan.
Pada Tahun baru 1 Januari 2023, kami (Diah, Ary, dan saya) tidak ada acara rekreasi. Khawatir akan cuaca membadai. Ternyata sore itu, udara cerah, tidak ada tanda badai seperti diramalkan. Kami pun pergi ke proyek karena kangen dan sudah beberapa hari urung berkunjung akibat hujan.
Saat itu tiang-tiang bambu penyangga beton lantai satu masih terpasang. Sejalan Dengan keringnya beton, persiapan nembok mulai direncanakan. Tembok menggunakan hebel, bukan batu bata merah bukan juga batako. Pimpor Pak Putu Darmada selalu rajin di proyek dan mengajak kami berdiskusi untuk berbagai perubahan kecil sesuai gambar yang ada.
Ukuran hebel sedikit lebih panjang daripada batako, warnanya putih. Tidak diperlukan luluh memasang tembok hebel, perekarnya menggunakan lem. Pekerjaan menembok dengan hebel berlangsung lebih cepat. Harga tergantung jenis dan ukurannya.
Tanggal 4 Januari 2023 jatuh hari raya Galungan bagi kamu umat Hindu. Sepuluh hari kemudiannya, 14 Januari 2023 jauh hari suci Kuningan. Pada Hari Raya Galungan tukang tidak bekerja, menghormati umat Hindu merayakan Galungan. Akan tetapi, mereka tinggal di proyek.
Kami datang ke proyek menghaturkan sesajen di pelangkiran yang terpasang di pojok arah suci dari tanah: timur laut. Sejak upacara ngeruak karang/ ngantukang Bhatara Sri, kami sudah meyakini memiliki ikatan spiritual dengan tanah, dan wajib memohon keselamatan dengan menghaturkan sesajen secara rutin pada hari tertentu, termasuk tentu Galungan dan Kuningan.
Pada Hari Raya Kuningan kami datang lagi menghaturkan sesajen kecil di pelangkiran yang sama. Saat ini, walaupun hari raya, para tukang tetap bekerja. Hanya Pak Putu Darmada berhalangan karena dia bersembahyang ke Pura Sakenan, di Serangan, Denpasar Selatan.
Dibandingkan pada saat Galungan, saat Kuningan pekerjaan sudah bertambah rampungnya. Tembok-tembok sudah tinggi, beberapa kusen pintu dan jendela sudah terpasang. Kini tukang menyiapkan anyaman besi untuk balok beton di atas penumpu atap.
Udara sangat panas, angin cukup kencang. Bagi yang bekerja di lantai bawah, udaran berdesir sejuk nyaman, tuakng yang memasang hebel di atas pasti kepanasa. Mereka tampak banyak minum dari air galon.
Serentak dengan pengerjaan aspek sipil, desain interior rumah sudah mulai dirancang. Sudah ada beberapa kali meeting dan cek lokasi dengan ahli penata interior. Sehari sebelum Kuningan (13 Januari 2023), Gek Yanti yang menangani bidang interior sudah meninjau ke proyek, melihat langsung situasi bangunan. Gambar desains udah mereka pegang tetapi melihat ke lapangan tetap penting.
Sebelum pembangunan, kami sudah kulonuwun berkenalan dengan tetangga sebelah Barat dan belakang. Mohon izin karena dalam membangun pasti ada gangguan suara ribut atau lentikan batu atau luluh. Perkenalan dengan tetangga diantar oleh Pak Gede Sunarya, tetangga depan rumah yang baik hati. Atas kebaikan mereka, kami diterima hangat oleh tetangga.
Kami dengan cepat akrab dengan Pak Gede karena istrinya adalah cucu dari Pak Wayan Beratha, maestro seni tabuh Bali, yang biografinya kami susun tahun 2014. Pak Gede yang bekerja di Dinas Perhubungan Kota Denpasar, adalh keluarga yang baik dan ramah. Selama proyek pembangunan, kami meminjam listrik untuk kebutuhan proyek.
Semoga proyek rumah Kusuma Bangsa berjalan lancar sampai rampung lebih cepat dari harapan (DaP).