Berlokasi di tepi jalan raya Denpasar-Singaraja, tepatnya di Kecamatan Mengwi, warung rumahan Men Vera menyediakan nasi campur lauk be genyol, muluk babi yang lezat.
Yang membuat nasi campurnya terasa lezat dan khas adalah jumputan sambel bongkot yang enak dan fresh.
Sudah lebih dari 25 tahun Men Vera berjualan nasi ayam dan daging babi. Awalnya, dia berjualan keliling di sekitar daerah Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung dan Marga Kecamatan Marga. Masuk ke luar desa.
“Dulu saya jualan sampai di Desa Kutuh, sekitar 15 km dari rumahnya. Di mana ada odalan atau beranangan (tajen, sabung ayam), ke sana kami jualan,” ujar Men Vera, super-ramah.
Belakangan, dia membuka warung di rumahnya, berhenti menjadi ‘dagang gantal’, pedagang keliling. Warung rumahan adalah gaya jualan tradisional Bali, tapi di era digital gaya ini mendapat citra baru, disukai sebagai oposisi-alternatif kemewahan resto atau mall.
Rumahnya tidak begitu luas tetapi asri. Bersih. Ada tanaman hias. Di rumahnya ada dapur di pojok Tenggara, ada lumbung, ada bale delod (balai selatan), ada bale daja (balai utara), dan tentu saja ada pelinggih (tugu pemujaan) yang menjadi karakteristik rumah Bali Hindu.
Semua ruang di bale itu digunakan untuk menerima pelanggan, disediakan meja makan gaya lesehan. Di lumbung ada meja makan, begitu juga di bale utara dan selatan. Pembeli duduk di lantai beralaskan karpet atau tiker. Makan santai seperti menjadi anggota keluarga rumah Men Vera.
Harga dan Pengunjung
Harga satu porsi nasi Men Vera Rp20.000, dengan volume dan menu yang cukup banyak. Lauk utamanya be genyol, seperti nama warungnya. Selain itu, ada urutan (sejenis sosis berdaging babi) dan gorengan daging babi.
Sambel bongkot yang warnanya memikat, memberikan rasa lezat. Sambelnya tidak begitu pedas, jadi cocok buat kebanyakan pelanggan yang tak biasa dengan pedas.
Aneka minuman tersedia, termasuk minuman botol temulawak yang manis. Temulawak populer tahun 1970-an, sampai kini masih tersedia di banyak tempat, walau tidak sepopuler doeloe, namun tetap eksis. Minum dicampur es, dinginnya bisa melepas dahaga bagi yang suka rasa manis.
Di setiap meja, juga tersedia kendi, tempat air putih. Kehadiran kendi itu menambah suasana makan dengan atmosfir tradisional atau lama. Meja makan menjadi tambah cantik, berkarakter kuno.
Pelanggan Men Vera cukup banyak, belakangan juga dicari oleh kalangan penggemar sepeda. Teman saya yang biasa naik sepeda keliling Bali, sudah lima kali makan di warung rumah Men Vera.
“Makanannya enak, alasan pertama. Lokasi strategis dan bersih alasan pendukungnya. Harga murah alasan selanjutnya,” ujar Ary, yang kerap rekreasi bersepeda ke pelosok indah, seperti Denpasar Kintamani atau Bedugul.
Warung Men Vera bukan jam 08.00 pagi, tutup jam 17.00. Selalu ada pengunjung setiap hari.
Berapa orang? Sampai seratus?
“Sampai Pak,” ujar Men Vera, tersenyum. Tapi segera meralat dengan mengatakan kadang kurang. Kebanyakan pedagang laris tidak ingin menyampaikan jujur jumlah pelanggan yang datang, untuk merendah agar tidak terasa sombong.
Kami makan ke warung Men Vera sore hari, Minggu, 11 September 2022, sepulang dari rekreasi di Kebun Raya Bedugul. Saat itu, sekitar pk. 15.00, sudah lewat jam makan siang. Saat masuk warung rumah Men Vera, ada beberapa pelanggan ke luar usai makan.
Selanjutnya, hanya kami bertujuh orang dewasa dan dua anak-anak. Mendapat sambutan ramah. Pelayanan yang sejuk, seperti keluarga.
Suasana bersih dan damai menyambut kami. Men Vera dan asistennya yang ramah membuat kedatangan kami makin menyenangkan. Kunjungan pertama yang mengesankan, rindu kembali ke sana sudah muncul segera.
Memasak dengan Kayu Bakar
Men Vera memasak di dapur. Menggunakan kayu bakar. Anaknya dan asistennya (yang kebetulan adik kandungnya) membantu melayani pelanggan, mengantarkan nasi dan minuman.
Men Vera memasak nasi dan lauk dengan kayu bakar. Konon, masakan dengan kayu bakar bisa membuat masakan lebih enak, aroma makanan lain jika dimasak dengan kompor gas atau listrik.
Di dapur yang sempit tapi cukup, duduk anaknya mengupas bawang merah dan bawang putih dan mengirisnya. Semua dikerjakan dengan rapi dan bersih.
Melihat volume bawang yang dikupas banyak, terbayang banyaknya hidangan yang disiapkan untuk keesokan harinya guna menyambut pelanggan yang kiranya selalu ramai.
Jangan sampai pelanggan banyak, lauk habis.
Sudah lebih dari 25 tahun Men Vera berjualan nasi be genyol, pelanggannya terus bertambah, tanda masakannya dan menunya disukai pembeli.
Lokasinya yang strategis di jalan utama, membuat warung Men Vera mudah dicapai. Pelanggan bisa parkir di tepi jalan. Ada papan nama tertuis sebagai penanda, di sana tertulis: WR Men Vera, Sedia Nasi Be Genyol. BUKA!
Tersedia juga nomor telepon di sana, siapa tahu Anda ingin datang menikmati be genyol dan sambel bongkot, bisa kontak terlebih dahulu demi kepastian dapat menikmati kelezatan warung makan rumahan (dp)