Pepatah “Tak lari gunung dikejar” pas untuk melukiskan ketika akhirnya kami bisa menikmati enaknya nasi babi guling Men Lari. Sejak lama muncul keinginan makan enak nasi babi guling Men Lari, syukur akhirnya Sabtu, 27 Agustus 2022, keinginan itu tercapai.

Siang itu kami hendak ke rumah I Made Sugianto, sastrawan sastra Bali modern yang tinggal di Desa Kutuh, Kecamatan Marga, Tabanan. Tepatnya terltak di dekat daya tarik wisata monyet Alas Kedaton. Dari Denpasar, kami menuju rumah Made Sugianto melalui Jalan Raya Dalung. Jalan ini padat merayap, tetapi memang itu jalan yang paling praktis dari jalur kami.

Dalam perjalanan itu, kami mampir ke warung nasi be guling Men Lari. Lokasinya di tepi jalan utama, parkir tidak luas, tetapi kami beruntung, saat datang pas ada ruang kosong untuk menaruh mobil. Warung di Dalung adalah cabang dari warung utama di Canggu.

Sudah Terkenal

Sudah lama babi guling Men Lari populer. Warungnya yang berlokasi di Jalan By Pass Tanah Lot, Munggu, sudah sering menjadi buah bibir. Ingin banget makan ke sana, ke warung dengan selogan “seken seken be guling”, artinya babi guling sejati. Pernah saya lewat di jalur tanah Lot, tetapi saat itu tidak ada waktu untuk mampir, lagi pula senja hari itu warungnya sudah tutup.

Karena jalur Canggu-Munggu terkenal macet, rasanya niat kuat makan ke Men Lari selalu melemah.

Kemudian, terbersit kabar bahwa Men Lari juga buka gerai di Jalan Raya Dalung. Keinginan untuk menikmati babi guling Men Lari kian menjadi-jadi. Kami tinggal di Jalan Gunung Agung Denpasar, tak begitu jauh dari Dalung. Lagi pula, kami sering lewat di jalur itu.

Tinggal mencari waktu yang tepat, saya yakin, babi guling Men Lari pasti akan di meja makan di depan mata. Keinginan itu semakin tumbuh, setelah melihat info di sosmed bahwa Men Lari juga hadir di Atlas Beach Fest di Berawa, Canggu. Niat ke area rekreasi papan atas itu belum muncul sama sekali, selain karena membayangkan jalur jalan ke sana yang kerap macet atau padat merayap.

Yang jelas, setiap mendenagr Men Lari, bayangan makan babi guling mendorong langkah untuk menujunya. Nama besar warung ini terdenagr selalu. Popularitas dan kehadirannya di pusat rekreasi wisata papan atas di membuktikan babi guling Men Lari adalah kuliner istimewa. Selain unik, tentu karena lezatnya. Banyak penggemar dan pelanggan. Banyak komentar positif di sosmed.

Ada komen yang mengatakan babi guling Men Lari rasanya enak “harga yang gak bikin kantong lari”. Mungkin maksudnya adalah harganya tak mahal. Memang demikian adanya.

Ketika makan di Warung Men lari di Dalung, kami memesan paket komplit. Hidangan satu piring plus sup sayur ares (batang pisang). Di atas nasih putih, berhamburan lawar, sayur sawi, daging guling, dan sekeping kulit guling yang garing. Harganya Rp35.000,00.

Porsi dan rasa serta harga memang sebanding. Rasa lauk enak. Sajian rapi, piring diisi alas daun pisang. Enak dipandang mata dan menambah aksen alami.

Atmosfir warung menyenangkan, walau sedikit bising lalu-lintas dan suara dari gerai cuci mobi (car wash) di sebelahnya.

Toilet bersih karena fasilitas baru. Warung menyediakan stop kontak untuk ngecas HP di satu-dua titik, walau tak terlihat ada yang menggunakan. Namun, fasilitas tersebut menunjukkan Men Lari memperhatikan kebutuhan pelanggan.

Sabtu siang itu, jumlah pengunjung mengalir. Kursi tak pernah penuh tapi tak pernah kosong. Pembeli juga datang untuk bungkus bawa pergi (take away).

Ketika kami makan di sana, setidaknya dalam satu momen ada 10 orang antre untuk bungkus.  yang duduk di kursi datang dan pergi.

Men Lari memang enak, walau rindu kembali tidak mesti terjadi dalam waktu dekat sekali.

Tak lari gunung dikejar. Suatu kali pasti akan tiba di sana lagi menikmati lezat mengusir lapar (dp).