Suka-cita membahas antologi puisi Siwanggama (2022) karya Sahadewa, seorang dokter spesialis kandungan, dalam acara meriah di Puri Langon Ubud, Minggu, 29 Mei 2022.

Acara dihadiri para seniman termasuk gitaris Balawan dan penari Prof. Dr I Wayan Dibia, keduanya pentas membuat perayaan loncing Siwanggama kian berkesan.

Sajak “Siwanggama” (Siwa + Anggama, lingga yoni, yang juga tercermin samar dalam lukisan sampul) merefleksikan karakteristik antologi ini sekaligus proses kreatif dan latar belakang penyairnya dalam konsep yang bisa disebutkan dengan ‘persandian’ (perpaduan).

Sajak ini melukiskan persetubuhan (persandian) laki-perempuan yang menghasilkan pembuahan dan kelahiran (penciptaan, utpeti oleh Siwa), kemudian ketika yang lahir itu tumbuh dewasa, mereka terhanyut lagi dalam siklus ‘persandian’ berdasarkan basic instinct.

Sajak ini pantas dipuji karena persandian: penuh sandi, kode, rahasia. Ini terjadi karena sebagai dokter kandungan, Sahadewa menguasai istilah-istilah reproduksi, selaku penyair dia memiliki keterampilan menata diksi sehingga tercipta sajak yang dari segi ide dan ekspresi sungguh orisinal.

Sajak-sajak lain dalam antologi ini pun penuh dengan sandi, kode, rahasia yang menarik untuk dibahas lapis demi lapis tanpa pretensi akan bisa habis.

Mari menyimak sajak “Penari Puisi” (Prof. Wayan Dibia). Ini adalah salah satu dari sekian banyak sajak yang didedikasikan Sahadewa kepada sejumlah seniman, termasuk penyair Umbu Landu Paranggi, pelukis Made Kaek, dan istrinya Shinta Widari.

Sajak untuk Prof. Dibia tak hanya mampu melukiskan sosok kesenimanan Wayan Dibia lewat gerak dan karyanya tetapi juga melukiskan estetika persandian yang menjadi salah satu ciri kuat antologi Siwanggama.

Ungkapan ...menarikan percintaan burung/ berlari di panggung/ mengingatkan Tari Manukrawa, karya legendaris Prof Dibia. Tarian ini tercipta tahun 1980-an, merupakan pengembangan dari tarian burung dalam sebuah episode sendratari Ramayana dalam ajang Pesta Kesenian Bali.

Ungkapan penutup “menarikan puisi” adalah kode “persandian” penari dan penyair, yang menggambarkan sosok Dibia sekaligus pendukung karakteristik “persandian” antologi Siwanggama.

LAYOUT by Phalayasa Sukmakarsa

to be continued…