Tahu-tahu sudah 100 Tahun ‘usia’ Chairil Anwar, penyair yang ingin ‘hidup seribu tahun lagi’. Penyair ini lahir di Medan, 26 Juli 1922, meninggal di Jakarta, 28 April 1949. Dia adalah pelopor penyair Indonesia Angkatan 45.

Dalam rangka merayakan 100 tahun ‘usia’ Chairil, Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia Komisariat Jember (HISKI Jember) bekerja sama dengan Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember (FIB UNEJ), Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember (UIN KHAS Jember), dan Kelompok Riset Pertelaahan Sastra Konteks Budaya (KeRis PERSADA) mempersembahkan: NGONTRAS#9, dengan tema Meneruskan Pemikiran Chairil Anwar.

Panitia menampilkan dua pembicara: Prof. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., Ph.D. (dosen Prodi Sastra Indoensia sekaligus Korprodi Doktor Kajian Budaya, Universitas Udayana) dan Isnadi, S.S., M.Pd. (UIN KHAS Jember). Acara dibuka oleh Prof. Dr. Mukni’ah, M.Pd.I. (Dekan FTIK UIN KHAS Jember) dan dipandu oleh Dra. Supiastutii, M.Pd. dari HISKI Komisariat Jember. Acara diikuti 325 lewat zoom.

Dalam presentasinya berjudul ‘Seratus Tahun Chairil Anwar, Menunda Kekalahan, Menanti Pemaknaan’, Darma Putra menyampaikan kehebatan Chairil dalam dunia sastra Indonesia karena setidaknya tujuh paradoks yang dilekatkan pada sosoknya, antara lain citra sebagai ‘pemerkosa’ dan pemerkasa bahasa.

Dengan memaksimalkan licentia poetika (kebebasan penyair) dalam berkarya, Chairil merombak dan menciptakan bahasa dan ungkapan baru dan dia berhasil membuat bahasa Indonesia menjadi ‘perkasa’.

Dari Chairil tercipta banyak ungkapan yang terasa aneh tetapi akurat, orisinal ciptaannya seperti ‘hidup menunda kekalahan’, ‘aku mau hidup seribu tahun lagi’, dan ‘tak hampir-menghampiri’. Ada terasa pemaksaan bahasa tetapi ternyata menjadi penguat alias perkasa.

Penjelasan lebih lanjut mengenai tujuh paradoks sosok Chairil bisa diikuti di link Youtube di bawah.

I Nyoman Darma Putra

Chairil Anwar adalah penyair legendaris, fenomenal, dan menjadi pelopor Angkatan ’45 karena puisi-puisinya mampu menciptakan tren baru pemakaian kata dalam berpuisi yang terkesan sangat lugas, solid, dan kuat. Penyair “Binatang Jalang” yang juga pernah menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta ini, telah mendapat banyak apresiasi, baik oleh masyarakat sastra maupun nonsastra.

Puisi-puisi Chairil menjadi karya abadi sehingga diapresiasi oleh Dewan Kesenian Bekasi (DKB) dengan memberikan DKB Award 2007 untuk kategori seniman sastra, bahkan sejak 2017 Chairil telah diusulkan oleh sejumlah sastrawan dan budayawan dari Sumatera Barat untuk menjadi pahlawan nasional. Sebegitu pentingkah Chairil Anwar dalam kancah dunia sastra?

Seberapa signifikan pemikiran-pemikirannya bagi kita? Lalu, bagaimana cara meneruskan pemikiran-pemikiran tersebut? Simak pencerahannya pada linkdi atas.