Sampul desain dan tata letak: Ema Sukarelawanto

Pengantar Penulis

Puji syukur saya panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rachmat-Nya, buku ini bisa dirampungkan sesuai rencana. Sebagai penulis, saya menyampaikan terima kasih kepada Dr. I Made Sudjana,S.E., M.M., yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menyusun buku ini.

Buku ini kami susun pada bulan Maret-April 2020, ketika dunia dilanda wabah covid-19. Sebelumnya, Made Sudjana sudah sempat menyampaikan keinginannya kepada saya untuk menulis biografi. Seingat saya, dia menyampaikan keinginan itu sesudah menyelesaikan pendidikan doktornya di Prodi Doktor (S3) Universitas Udayana, Agustus 2019.

Hanya saja saat itu, keinginannya untuk merangkum kisah hidupnya disampaikan secara berbisik. Selang sembilan bulan kemudian, barulah dia menyampaikan keinginanan itu secara sungguh-sungguh.

Tanggal 13 Maret 2020, saya diundang oleh Dr. Kiki Sanjaya, Kaprodi S-1 Pariwisata Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional (IPBI) untuk memberikan ceramah Writing Scientific Paper untuk mahasiswa mereka. Ini adalah undangan kedua, setelah undangan saya tahun lalu. Ketika saya datang di kampus IPBI, saya diminta untuk menghadap Rektor IPBI, Dr. I Made Sudjana, yang rupanya sudah menanti kedatangan saya.  Dalam pembicaraan singkat itulah, apa yang dibiskinya dulu disampaikan dengan tegas. Katanya: “Mohon bantu saya menyusun biografi. Sebentar lagi usia saya 70 tahun”.

Saya pun menyanggupi dan berjanji untuk mulai bekerja secepat mungkin. Sesuai kesepakatan, keesokan harinya, Sabtu, 14 Maret 2020, kami bertemu untuk mulai melakukan wawancara. Waktu yang kami sepakati adalah siang pk. 13.00, usai Made Sudjana menghadiri rapat koperasi kampus IPBI.

Wawancara berlangsung lancar di kantornya, gedung rektorat IPBI lantai III. Dalam wawancara itu, saya merasakan Made Sudjana pandai bertutur. Ceritanya runut. Ingatannya tajam. Cara bertuturnya penuh semangat, tutur katanya nyaman didengar. Emosinya pas. Tidak terasa 2,5 jam berjalan, kami sepakat untuk mengakhiri percakapan.

Wawancara tidak cukup dilakukan sekali, perlu beberapa waktu bertemu untuk menggali cerita agar tidak ada pengalaman menarik yang luput dari pengisahan. Sore itu saya pulang dengan durasi rekaman wawancara sekitar 2,5 jam. Bahan itu merupakan bahan awal untuk mereka-reka bentuk dan arah narasi biografi Made Sudjana.

Gambaran utuh seperti apa akan isi buku belum begitu terbayang, tetapi sudah tersedia bahan-bahan yang perlu diperdalam. Kami berjanji akan bertemu secara berlanjut sesuai waktu dan kesempatan masing-masing.

Seminggu kemudiannya, wabah korona kian dahsyat, sampai akhirnya pemerintah mengeluarkan imbauan tidak ke luar rumah. Sekolah ditutup, kampus ditutup, masyarakat disarankan: bekerja dari rumah, belajar dari rumah, beribadah dari rumah. Virus bisa menular dari orang ke orang lewat droplet, jabat tangan, dan sebagainya yang serba menakutkan. Sudah banyak korban meninggal.

Karena situasi tersebut, rencana bertemu untuk wawancara tidak bisa dilaksanakan. Sebagai penggantinya, kami sepakat untuk melakukan wawancara lewat telepon.

Selama masa kerja dari rumah, saya memutuskan untuk mulai menulis. Rekaman wawancara pertama saya simak dan jadilah tiga bab tulisan awal. Tidak semuanya lengkap, tetapi informasi yang ada lumayan untuk membuat bab mulai berbentuk.

Selain dengan Made Sudjana, wawancara juga saya lakukan dengan narasumber lain termasuk istri, anak, menantu, dan saudara kandungnya; dengan mantan-mantan atasan dan mentornya; dengan sejumlah koleganya yang diajak bersama-sama membangun dan mengembangkan kampus mulai dari SPB, STPBI, dan IPBI, sejak 2000-2020 ini. Saya juga melakukan wawancara dengan kedua sopirnya yang dulu mendampinginya saat menjadi Ketua STP Nusa Dua dan di STPBI/IPBI. Total ada 19 narasumber wawancara termasuk Made Sudjana.

Untunglah sebagian besar narasumber itu sudah saya kenal sebelumnya sehingga percakapan cepat akrab walau hanya lewat saluran telepon. Sebelum melakukan wawancara, Made Sudjana menghubungi mereka. Wawancara dengan Made Sudjana saya laksanakan lebih dari 15 kali. Wawancara saya lakukan dalam waktu berbeda, kadang pagi, siang, kadang juga malam. Waktu kami sama-sama fleksibel pada era work from home. Saya juga sering mengganggunya lewat pesan WA untuk meminta atau klarifikasi informasi.

Kepada semua narasumber, saya menyampaikan terima kasih. Begitu juga kepada Made Sudjana sekeluarga yang telah memperlancar kegiatan pengumpulan bahan dan penulisan biografi ini. Saya juga berterima kasih kepada Ni Luh Supartini (Sekretaris Rektor IPBI) dan Ida Bagus Soma (Tim Humas IPBI) yang membantu mengumpulkan foto-foto untuk ilustrasi buku ini.

Desain sampul dan tata letak buku ini dirancang oleh rekan saya Ema Sukarelawanto. Kepada Ema yang selalu sikap dan memiliki talenta estetik yang tinggi. Ini adalah buku ketiga yang kami kerjakan bersama. Kepada Ema, saya menyampaikan terima kasih atas kerja samanya.

Semoga buku ini berguna. Kurang-lebihnya, kami menyampaikan permohonan maaf dan terima kasih. Selamat membaca!

Denpasar, 20 April 2020

I Nyoman Darma Putra