Belanda adalah negeri kecil, tetapi banyak sekali yang bisa dilihat di negeri Kincir Angin ini. Melihat bunga tulip adalah daya tarik utama saat musim semi. Tapi, pada musim apa pun Anda ke Belanda, bertandang ke pertokoan atau tempat belanja merupakan bagian dari rekreasi, antara lain untuk beli suvenir atau busana bermerk dengan harga pilihan.
Salah satu tempat yang menarik adalah Batavia Stad, terletak sekitar 75 km timur Amsterdam.Bagi pengunjung dari Indonesia, nama Batavia Stad sudah mengundang daya tarik tersendiri. Batavia adalah nama lama Jakarta, saat dijajah Belanda. Nama Batavia diambil dari nama kapal Belanda yang berlayar ke Indonesia tahun 1628, sekitar 30 tahun sebelum kapal dagang VOC menjamah Nusantara.
Di ujung kompleks pertokoan Batavia Stad, terdapat danau di mana terpajang model kapal Batavia.
Kami datang ke Batavia Stad dari daerah Norg, memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan mobil. Jalanan mulus, melewati daerah indah tempat kincir angin pembangkit tenaga listrik Flevoland.
Factory Outlet
Kompleks pertokoan Batavia Stad didirikan Juli 2001, merupakan factory outlet (gerai produksi pabrik) pertama di Belanda. Tahun 2008 dan 2015, factory outlet atau FO seluas 31 ribu meter persegi ini diperluas bertahap sehingga kini memiliki sekitar 150 toko.
Toko-toko di sana menjual berbagai produk seperti busana, sepatu, dan makanan kecil seperti coklat. Tokoh-toko baju dan sepatu menjual produk ternama seperti Adidas, Nike, McGregor, Levi’s, Polo, sepatu Clark, dan busana olahraga Bjorn Bog’s, nama dari pemain tenis dunia.
Ada juga beberapa restoran atau café tempat pengunjung melepas dahaga, minum kopi, dan mentup rasa lapar. Ada makanan cepat saji, dan juga pizza Itali.
Karena tampil dengan nama gerai pabrik, harga barang sedikit lebih murah daripada harga di toko asli.
Model pertokoan gerai pabrik memang menjadi gaya memikat kosumen di mana-mana. Di kota-kota utama Australia seperti Melbourne dan Brisbane, ada beberapa gerai pabrik. Kesannya harganya grosir, tetapi tidak selamanya demikian. Ada diskon, tapi sedikit.
Tata letak pertokoan gerai pabrik, bervariasai, ada yang berjejer di luar, ada juga yang bernaung dalam satu atap.
Factory outlet Batavia Stad mengingatkan pada pertokoan serupa di Harboru Town, Gold Coast, Queensland Australia. Toko berjejer, pengunjung ke luar masuk dari satu toko ke toko lain dengan melewati halaman luar. Tidak di satu gedung satu atap. Di luarnya ada jejran café.
Di Belanda kini ada tiga pertokoan gerai pabrik. Selain Batavia Stad, juga ada Rosendaal di Barat dan Roemond di Selatan. Di tempat ini dijual barang branded seperti Prada dan Gucci. Ke tempat ini, wisatawan Jepang dan Jerman suka berkunjung.
Batavia Stad Musim Dingin
Karena tata letak pertokoan berjejer dengan halaman terbuka, gerai pabrik Batavia Stad ini menarik dikunjungi saat musim semi dan panas, paling tidak di luar musim dingin.
Kami ke Batavia Stad, 27 Februari 2018, di ujung penanggalan musim dingin. Namun, saat itu, udara masih sangat dingin. Suhu menunjukkan minus 1 derajat, berangin, dan dingin menggigit sumsum.
Jalan-jalan di halaman Batavia Stad menjadi sedikit kurang nyaman. Café-café memajang api penghangat. Meski demikian, tak banyak konsumen duduk minum kopi. Mereka memilih resto yang dalam ruangan.
Pengunjung memilih masuk ke pertokoan karena di dalam hangat. Di luar tampak sepi, di dalam toko ada banyak orang. Sebagian belanja, sebagian menikmati hangat udara.
Patung Batu Ikan Paus
Banyak juga keluarga yang berkunjung ke Batavia Stad. Mereka mengajak anak-anak mereka bermain di luar. Di Batavia Stad ada patung besar, terbuat dari batu, berupa patung ikan hiu dan seekor anaknya. Ikan hiu besar berukuran sekitar 5 meter, kebar sekitar 1,5 mete; sedangkan anaknya sekitar 3,5 meter, lebar satu meter. Di sampingnya ada btu bulat, tampak seperti suasan di laut.
“Kalau musim panas atau semi, dari kepala ikan hiu ada air mancur,” ujar teman yang mengantar kami ke Batavia Stad. Musim dingin, air tidak dimancurkan, karena akan menambah dingin, membuat enggan anak-anak bermain.
Menatap pengunjung yang ke Batavia, tampak banyak yang ke luar toko membawa tas menandakan mereka belanja. Entah membeli baju, sepatu, atau coklat. Beda dengan kebanyakan pengunjung pertokoan di Indonesia, banyak yang masuk toko, tapi ke luarnya jarang yang bawa tas, tanda mereka tidak belanja.
Hal in semakin nyata adanya karena di Indonesia sekarang model belanja pindah ke gaya online shopping. Harganya umumnya lebih murah, barang diantar ke rumah, kalau tidak cocok bsia ditukar.
Di Belanda juga gaya online shopping berkembang. Orang banyak beli barang-barang berat, seperti alat-alat listrik, makanan anjing, dan barang-barang yang dibutuhkan untuk dapur.
“Kalau anak-anak muda ke toko, mereka mungkin mencatat barang yang mereka suka, tidak membeli. Mereka membelinya secara online,” uajr kawan saya.
Gaya belanja demikian mungkin makin ama akan membuat pertokoan konvensional ini hanya sebagai tempat rekreasi, sementara belanja sesungguhnya lewat internet (Darma Putra).