Salju memenuhi jalan-jalan di pusat London (Foto-foto Darma Putra)

Cuaca buruk London menyambut kami ketika tiba di ibu kota Inggris ini, Selasa, 27 Februari 2018. Musim dingin ini merupakan masa yang paling banyak memberikan salju bagi Inggris dalam waktu 27 tahun terakhir.

Efek hembusan angin dingin dari Siberia, Rusia, membuat Eropa yang berancang-ancang memasuki musim semi awal Maret seperti tertunda. Jadilah musim dingin tahun ini terparah bagi Inggris sejak 1991.

Gara-gara salju tebal di mana-mana, termasuk di jalan-jalan di pusat kota London, banyak lalu-lintas terganggu. Lusinan penerbangan domestik di Inggris dibatalkan, begitu juga jadwal-jadwal kereta api.

Kereta api tidak bisa beroperasi karena salju dan tanda navigasi terganggu. Beberapa kereta lainnya mengalami keterlambatan. Demi keamanan, lalu-lintas menanti situasi membaik. Berbagai media sosial memberikan up date situasi setiap saat.

Peringatan bahaya salju di Glasgow.

Di daerah yang jauh di Utara seperti Glasgow, mendapat peringatan ‘merah’ karena cuaca buruk yang membahayakan jiwa. Peringatan meminta agar warga selalu berhati-hati.

Media massa Inggris mengutip ahli cuaca David King, 78, yang mengatakan “the UK hasn’t seen such devastating blizzards since 1991, when millions were left without power and water for days as up to four metres of snow hit the country” (artinya” Inggris tidak pernah melihat cuaca buruk sejak 1991, ketika saat itu jutaan orang tanpa listrik dan air untuk beberapa hari karena salju empat meter menerjang Inggris).

Salah satu sudut kota London yang diterjang hujan salu superdingin.

Mulai Sore

Kami terbang ke London dari Amsterdam hari Selasa, 27 Februari 2018, pk. 11.40, dengan British Airways. Sama dengan Inggris, Belanda juga dingin dan hujan salju. Namun, saat itu penerbangan lancar-lancar saja. Gerimis salju di Belanda dan di Inggris tidak sampai membuat penerbangan kami batal.

Tiba di Bandara Heathrow hujan salju turun kian deras, tapi situasi belum parah. Sampai kami tiba di hotel di St George Dr, Pimlico, tak jauh dari Buckingham Palace, situasi masih baik. Salju turun namun tidak begitu banyak.

Namun, kian sore dan petang dan apalagi malam salju makin banyak turun, memenuhi jalanan kota London.

Musim semi menjelang tapi bunga melesu dalam dekapan dingin.

Ketika kami jalan-jalan ke Istana Buckingham, terlihat salju menghampar panjang-lebar. Di halaman depan istana, salju terhampar memutih.

Taman indah Green Park juga terselimuti salju. Di ranting-ranting pohon bergelantungan air beku, sementara di rumput dan taman salju seperti tikar putih. Burung hitam berloncatan seperti tidak terparuh dari beku salju.

Bunga-bunga yang siap memasuki musim semi terhitung awal Maret, menunda mekar mewangi. Mereka tampak lesu dalam lelah menahan belenggu beku. Di facebook, saya menulis status:

dalam dekapan salju sepanjang hari
bunga-bunga menunda berseri
pelancong sunyi menunda bernyanyi
-Green Park, London 27.02.2018, sore hari

Pelancong Bersungut

Hawa dingin menusuk, membuat pelancong ke Istana Buckingham dan sekitarnya bersungut. Membuat potret menjadi sulit karena tangan-tangan mereka menggunakan selop.

Jika selop dibuka untuk memotret dengan HP, dingin akan menusuk seolah memenggal jari. Kalau pun dapat menjepret, suasana tetap jauh dari cerah. Langit mendung, tanpa cahaya, foto kurang indah. Tapi, memori mesti dicipta meski miskin warna-warni.

Halaman Buckingham Palace putih bersalju.

Situasi bertambah buruk Rabu, 28 Februari, dan kemungkinan demikian Kamis 1 Maret ini.

Salju di mana-mana, mendekap mobil dan ranting pohon.

Turis yang sudah berada di London masih memaksa diri untuk berkunjung ke daya tarik wisata di sekitar kota seperti ke British Museum, Tower Bridge, atau ke kawasan pertokoan kelas atas Harrod. Semua menembus badai salju yang deras. Mengambil foto seolah tak peduli jika kamera atau HP yang mereka kenakan basah ditimpa salju.

Salju juga memenuhi trotoar dan ruang terbuka di luar pusat pertokoan Harrod. Namun pelancong tetap lalu-lalang, menikmati London dalam pesona lain.

Turis lalu-lalang walau salju menhhadang.

Seorang teman di London memberikan komen di FB bahwa saya beruntung karena tak biasanya London ditimpa begini banyak salju. Beruntung melihat wajah London yang lain. Memang benar, dibandingkan dua kali kunjungan sebelumnya, tahun 1997 dan 2004 silam.

It is unusual. There was no like this last year and years before,” ujar sahabat lain, saat kami melenggang ke luar dari British Museum.

Sempat mentari tampak bersinar, namun karena sekejap tidak sampai membuat salju mencair. Di Facebook saya menulis:

langit biru mentari mengerling
tak juga beku salju berpaling’

Melihat begitu banyak salju hari-hari ini di pusat kota London di waktu musim dingin akan berakhir, memang agak mengejutkan, tapi ini adalah siklus alam yang memiliki iramanya sendiri.

Latar belakang London Bridge.

Warga Australia perlu ke pegunungan mencari salju, naik mobil sampai 5-6 jam dari Sydney, menuju Snowy Mountain, atau ke Mount Buller bagi warga Melbourne khususnya atau Victoria umumnya.

Bagi warga London, mereka bisa menikmati salju berlebih di kota. Salju tak hanya ada di desa atau pegunungan. Di kota juga berhamparan.

Mobil berselimutkan salju.

Namun, kalau salju berlebihan, kekacauan transportasi dan lain-lain tidak bisa dihindarkan seperti terjadi di London hari-hari ini, terburuk sejak 27 tahun terakhir.

Saat menulis catatan perjalanan ini, kami berharap perjalanan dari London ke Glasgow tiada tertunda sehinnga acara seminar dan mengajar sebentar berjalan lancar (Darma Putra).