Nasi disajikan dengan ingka.

Nasi campur ayam Men Weti di Sanur terkenal sekali. Karena laris, pukul 10.00-an pagi biasanya sudah habis.

Tapi, pelanggan yang terlanjur melenggang ke Pantai Sanur, tak usah kecewa. Ada nasi ayam Warung Adi yang tak kalah lezat sebagai pengganti.

“Sudah habis Pak. Sudah sejam yang lalu,” ujar tukang parkir di Jalan Segara, Sanur, lokasi Warung Men Weti (baca juga Tak Pernah Tak Ramai).

Kami tiba pk. 11.00, melangkah riang menuju Warung Men Weti., Sabtu, 1 April 2017. Tapi, sekitar 100 meter sebelum tiba, tukang parkir mengabarkan nasi sudah habis.

“Kalau mau makan, bisa ke Warung Adi di sana,” ujarnya, menunjuk lurus ke Barat. “Nasi dan lauknya sama. Yang punya juga masih keluarga Men Weti,” tambahnya.

Warung Adi.

Ini kali kedua kami ke Sanur dan mendapatkan nasi Men Weti sudah habis. Ketika itu pun, kami memang pergi ke Warung Adi, menyajikan masakah khas Bali.

Lokasinya sekitar 600 meter ke arah Barat, lurus, melewati traffic light. Persisnya Jalan Danau Buyan 15 Sanur.

“Warung itu buka sampai pk. 3 sore,” ujar tukang parkir yang mengaku masih keluarga Men Weti dan pemilik Warung Adi.

Sama Enak

Nasi Warung Adi sungguh enak. Menunya sama dengan Men Weti, sama-sama lauk ayam, sate, goreng kulit ayam, telur ayam, kaldu ayam, sayur urab yang lezat, dan kacang goreng yang renyah. Sambel uleknya pun sama, sama sedap.

Lebih dari itu, sajian lauk Warung Adi menawarkan ikan laut seperi udang dan pindang yang membuat lidah senang bergoyang.

Minuman dan hidang lain juga tersedia. Ada kue bendu, onde-onde, jaje potong, sumping, kacang kapri. Pilihan lebih meriah.

Penganan.

Warung ini cukup luas. Ada sekitar 35 kursi. Pelanggan bisa nyaman makan di meja. Kalau di men Weti, pelanggan duduk di kursi yang melimpah sampai trotoar. Karena rame, pelanggan mesti rela antre.

Jika tidak dapat kursi yang ada mejanya, maka makannya pun dengan piring dipegang tangan. Semuanya jalan karena sedap dan nikmat. Pembeli di Warung Adi memang tidak serame Men Weti tetapi cukup mengalir. Pembeli pasti dapat duduk dan pelayanan yang baik.

Ketika kami datang, setidaknya ada 20 pelanggan makan di sana. Mungkin sebagian adalah mereka yang tadinya terlambat ke Men Weti. Ada juga remaja seragam sekolah yang makan di sana.

Kursi di warung dan foto pejabat di tembok.

Beda dengan Men Weti yang menyajikan nasi di piring, di Warung Adi pelanggan dihidangkan nasi campur di atas anyaman ingka beralas kertas.

Kalau di Warung Men Weti ada foto besar Men Weti di depan lauk di warungnya, interior Warung Adi berisi foto-foto pejabat seperti Gubernur Pastika dan Wagub/Menteri AAN Puspayoga. Ini tak hanya tanda pejabat ini pernah mampir dan makan di sana, tetapi juga approval pejabat terhadap hadirnya warung rakyat.

Gojek.

Harga Sama

Satu porsi makanan di Men Weti dan Warung Adi harganya sama, sekitar Rp 25.000. Ukuran porsi juga sama.

Seorang ayah yang datang memesan empat bungkus nasi.

“Berapa?” tanya pelayan Warung Adi.

“Ya, Rp 100 ribu, berarti yang Rp 25 ribu sebungkus,” ujarnya.

Warung Adi.

Sepertinya antara Men Weti dan Warung Adi sudah berbagi pelanggan dari jam buka. Men Weti buka pagi hari dan pukul 10-an sudah habis tandas, sedangkan Waruna Adi buka belakangan dan siap menyapa pelanggan sampai sore.

Gojek pun sudah mengenal warung ini dan siap melayanani pemesan. Pokoknya, jika nasi ayam Men Weti habis, pelanggan tak usah kecewa, ada masakan Warung Adi yang tak kalah lezat (Darma Putra).