Kanan ke kiri: Vincent, Frischa, Andre, Dee Lestari, dan moderator (Foto-foto Darma Putra).

Mengharukan sekaligus mengagumkan menyaksikan hotel internasional sekelas The Apurva Kempinski Bali membuka pintu untuk menjadi tuan rumah peluncuran dan diskusi buku sastra. Sungguh jarang, mungkin baru pertama kali terjadi, buku sastra bisa masuk dalam acara festival di hotel mewah di Bali.

Vincent Guironnet, General Manager of The Apurva Kempinski Bali, mengambil inisiatif yang luar biasa. Dalam agenda Festival Powerful Indonesia 2023, Vincent mengundang penulis buku Andre Syahreza untuk meluncurkan buku barunya Prosa Gerilya, Mengurai Kisah Ngurah Rai (2023), bertepatan pada 17 Agustus 2023.

Tema festival dan buku tentang heroisme gerilya pahlawan nasional dari Bali I Gusti Ngurah Rai terajut menjadi satu memberikan aksen kuat memeriahkan perayaan Hari Proklamasi di The Apurva Kempinski Bali. Begitulah, acara dikemas dengan tajuk: Tribute to I Gusti Ngurah Rai.

Lebih dari sekadar membuka pintu untuk sastra, The Avurpa Kempinski Bali juga mengundang pembedah buku sastrawan papan atas Indonesia, yaitu Dee Lestari dan Frischa Aswarini, sastrawan muda yang baru saja menyelesaikan pendidikan masternya di Amerika.

Vicent tak hanya mengundang mereka hadir membedah buku dan membuka acara peluncuran, tetapi ikut duduk dari awal sampai akhir. Bersama sekitar 75 hadirin kalangan penggemar sastra dan keluarga pahlawan Ngurah Rai, Vincent mengikuti acara diskusi buku dengan penuh sungguh.

Kanan ke kiri: Darma Putra (penulis blog ini), Janet, Frischa, Andre, dan Dee Lestari.

Dalam jajaran hadirin, cucu Ngurah Rai yang datang antara lain Gung Inda Trimafo Yudha dan Gung Nanik Suryani. Tampak juga Janet de Neefe, tokoh Ubud Writers and Readers Festival.

Dalam pembukaannya, Vincent menyampaikan bahwa Festival Powerful Indonesia diawali tahun 2020 dan berlanjut terus setiap tahun dengan menampilkan kekayaan dan kekuatan (power) budaya Indonesia, mulai dari seni lukis, musik, dan kini sastra. 

“Kekuatan Indonesia tidak saja dalam keragaman budayanya tetapi juga filosofi unity in diversity,” ujar Vincent.

Selogan Unity in Diversity sebagai tema dan spirit festival.

Menurut Melody Siagian, Director of Marketing and Communications The Avurpa Kempinski Bali, Festival Powerful Indonesia merupakan program hotel dalam berkontribusi mengembangkan budaya Indonesia. 

“Kami selalu terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak dan partner untuk kemuliaan budaya Indonesia,” ujar Melody yang sudah 10 tahun lebih berkarir di bidang hospitaliti di Bali.

GM The Apurva Kempinski Bali, Vicent (kiri) bersama penulis, pembahas, dan undangan keluarga pahlawan I Gusti Ngurah Rai (Foto PR The Apurva).

Dalam diskusi yang berlangsung penuh hangat penuh semangat itu, sastrawan Dee Lestari memuji langkah The Avurpa membuka diri untuk meluncurkan buku sastra.

“Hotel sekelas The Avurpa….peduli kepada sastra, sungguh luar biasa,” ujar sastrawan dan penyanyi yang rendah hati itu.

Mengomentari buku Prosa Gerilya, Dee Lestari menyampaikan bahwa dia bisa belajar banyak tentang heroisme Ngurah Rai sebagai pahlawan nasional. 

“Dari prosa ini, sebagai pembaca saya juga dapat pengetahuan tentang wacana pariwisata Bali yang dikenal sebagai paradise,” cetus Dee.

Dee Lestari memuji Andre sebagai penulis yang rapi dan kuat dalam menggunakan bahasa dan menuangkan tutur. Dia berharap dari buku ini terinspirasi lahirnya karya lain seperti film. Masih banyak kisah menarik dan dituturkan dengan memikat yang bisa digali dari spirit Ngurah Rai.

Dee Lestari sendiri tertarik dengan cara penulisan prosa bergaya ‘feature’ Andre. “Kebetulan saya juga sedang menulis memoar ayah saya yang juga seorang tentara seperti Ngurah rai seorang tentara, tapi ayah saya tentara biasa,” ujar Dee Lestari. 

Frischa Aswarini menyampaikan bahwa buku ini menyajikan sejarah pariwisata dan sejarah penjajahan dan kemerdekaan dengan ringan.

“Beda dengan buku sejarah lainnya yang biasanya menyajikan uraian dengan berat,” ujar Frischa.

Para panelis dalam suasana diskusi.

Bagi pembaca millennial, buku ini menjadi pintu masuk yang baik buat mengenal kepahlawanan Ngurah Rai dengan lebih detail.

“Selama ini, Ngurah Rai di kalangan kami para remaja hanya hadir selintas sebagai nama jalan, nama bandara… Dalam buku ini, Ngurah Rai dengan baik diurai mendalam,” cetus Frischa.

Sebagai penulis, Andre memang memaksudkan karyanya untuk bacaan generasi milenial dan yang lebih muda lagi.

GM The Apurva Kempinski Bali, Vincent dan penulis Andre (Foto PR The Apurva).

“Prosa ini bukan untuk pembaca seusia saya dan ke tasnya,” ujar Andre, jurnalis yang pernah kuliah di Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana.

Dalam uraiannya, Andre menuturkan latar belakang dan proses kreatif menulis Prosa Gerilya. Dalam ‘sejarah’ penulisan itu, Andre juga menyebutkan bagaimana dia bertemu dan mewawancarai Vincent untuk menulis artikel tentang lima hotel terbaik di Indonesia.

Dari kisah itu, terbayang, bagaimana peluncuran prosa Gerilya bisa menjadi bagian dari Festival Powerful Indonesia.

Gung Inda membacakan surat I Gusti Ngurah Rai.

Diskusi hangat penuh makna berlangsung cepat, tak terasa 2,5 jam berlalu. Klimaks acara diisi dengan pembacaan surat sakti Ngurah Rai oleh cucu Ngurah Rai Anak Agung Inda Trimafo Yuda yang ikut diwawancarai dalam buku itu.

Surat yang dibaca Gung Inda adalah kutipan surat Ngurah Rai yang ditujukan kepada pimpinan militer Belanda untuk menolak damai, tapi melanjutkan perang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari Bali.

“Sekali Merdeka, tetap Merdeka!!!” cetus Gung Inda yang juga seorang anggota DPRD Badung dari PDIP, di akhir pembacaan surat sakti Ngurah Rai.

Merdeka! 

(Darma Putra)

Sebelumnya, buku Prosa Gerilya pernah dibahas di Prodi Doktor Kajian Budaya FIB Unud. Klick Link Ini