Berikut adalah beberapa komentar ahli sastra tentang buku Heterogenitas Sastra di Bali (Mei/juni 2021).

Buku yang sangat menarik, penting, dari penulis yang konsisten dalam mengeksplorasi kekayaan sastra di Bali. Terima kasih Prof Darma untuk bacaan yang sangat penting bagi kesusastraan Indonesia ini.

Sudarmoko, Ph.D., alumni Leiden University, dosen Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu BUdaya Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat.

Berikut adalah komentar Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd., guru besar Universitas Negeri Malang, kritikus sastra, budayawan, sekaligus penyair. Ulasan ringkas ini ditulis di akun Facebooknya https://www.facebook.com/saryonodjoko/posts/2021099371378108?notif_id=1624067835349202&notif_t=mention&ref=notif disertai tiga foto buku, satu di antaranya diambil untuk ilustrasi di sini.

Menurutnya, buku Heterogenitas Sastra di Bali ini:

Memotret dinamika sastra di Bali baik sastra Indonesia maupun sastra Bali (tradisional dan modern) dengan pendekatan sejarah lokal, buku karya Bli Darma Nyoman Putra sungguh menarik disimak.

Bukan hanya kaya informasi atau data yang detil, akurat, dan rinci tentang sastra Bali dan sastra Indonesia yang tumbuh dan kembang di Bali, buku terbitan Pustaka Larasan (Mei 2021) ini menyuguhkan dengan terang panoroma sastra yang dinamis di Bali — kesinambungan, patahan, interaksi, interseksi, dan koeksistensi sastra Indonesia dan sastra Bali (tradisional dan modern).

Foto Djoko Saryono

Disajikan dalam paparan yang tenang, dingin, dan cukup presisi hingga pembaca mendapatkan gambaran keanekaragaman sastra yang hidup saling menyerbuki, memperkaya, dan memberi dalam ruang historis dan sosiologis Bali.

Meskipun pada mulanya tiap bab ditulis dalam waktu, kesempatan, dan keperluan berbeda, secara umum buku ini menampakkan kesatuan dan keutuhan tematis perihal sejarah lokal dan spasial sastra di Bali.

Sebab itu, mungkin juga berkat pendahuluan dan penutup yang dapat membuhul dan membingkai keseluruhan isi atau paparan isi, membaca buku ini dari bab ke bab, pembaca merasakan diajak dan diantar berwisata literer ke dalam ceruk, lekuk, dan ruang sastra di Bali.

Tak berlebihan kalau saya katakan, buku ini merupakan salah satu contoh atau wujud historiografi lokal sastra di Bali dengan pendekatan sejarah lokal, sosiologis, dan spasial, yang memperkaya penulisan sejarah sastra di Indonesia.

Prof. Djoko Saryono (internet)

Suksma Bli Nyoman Darma Putra yang telah memberi hadiah ikhlas buku ini. Terus terang, saya menjura beroleh buku ini.

Komentar Arif Bagus Prasetyo

Penyair, penerjemah, dan kritikus sastra yang tinggal di Denpasar ini dalam akun Facebook-nya 28 Juni 2021 menulis komentar terhadap buku Heterogenitas Sastra di Bali seperti ini:

Menjangkau kurun seabad lebih, kitab Heterogenitas Sastra di Bali karya Prof. Darma Putra adalah survei terluas-terlengkap tentang kehidupan sastra berbahasa Indonesia pun Bali di Nusa Batara.

Arif B. Prasetyo (kanan) bersama putranya (tengah) dan istrinya Oka Rusmini (Foto dari FB).

Pengarang tekun membaca-catat arus tenaga sentrifugal-sentripetal yang melahirkan dinamika kemajemukan-kekerabatan sastra di Bali.

Lebih dari daerah lain, termasuk yang dianggap “pusat-pusat sastra”, Bali beruntung memiliki sosok ilmuwan yang gigih memastikan fakta kesusastraan di Bali tidak melayang hilang diembus kala atau mengawang-awang di suaka mitos, melainkan membumi lestari sebagai sejarah. Suksma, Darma Putra Nyoman.

Komen Binhad Nurrohmat, Penyair dan Kritikus Sastra

Penyair dan sastrawan kelahiran Lampung ini, dalam akun Facebooknya 30 Juni 2021 menulis sebagai berikut:

Kerajaan-kerajaan di Bali ada setidaknya sejak abad ke-8 masehi dan bertahan hingga awal abad ke-20. Rentang panjang ini tentu menyertakan buah-buah peradaban masyarakatnya. Semua ini minim ekspos baik sisi historis, arkeologis maupun filologis.

Sejak imperium Majapahit surut, eksistensi kultur Hindu-Jawa eksodus dan bersuaka di Bali. Tak aneh misalnya fakta bahwa naskah-naskah Negarakretagama, Pararaton dan Kidung Sunda tersimpan dan ditemukan di puri-puri di Bali – bukan di Jawa.

Binhad: karya-karya penyair generasi milenial abaikan realitas - ANTARA  News Bali
Binhad Nurrohmat

Sastra tradisional di Bali menerima pengaruh tentunya dari eksodus para begawan dan mpu dari Jawa itu. Inilah sumber awal heterogenitas sastra di Bali – saya kira.

Buku ini mengekspos panorama heterogenitas sastra di Bali melalui bahasan sosial-historis dari khazanah sastra Bali tradisional dan modern maupun sastra Indonesia modern.

Ketiganya berkelindan, saling pengaruh, bersenyawa — pasatmian dalam istilah lokal di buku ini. Terima kasih bingkisannya ini, Bli Darma Nyoman Putra yang profesor ini.

Semoga kehidupan daring ini segera berganti taring (tanpa daring). Sehat selalu.

Komen soal ‘daring’ dan ‘taring’ merespon kutipan yang disampaikan oleh Darma Putra di FB seperti ini.

Prof. Novi Anoegrajekti, Universitas Negeri Jakarta

Menurut Prof. Novi Anoegrajekti, deskripsi terminologi heterogenitas sastra di Bali diawali dengan klasifikasi sastra Bali tradisional, sastra Bali modern, dan sastra Indonesia.

Dengan menelusuri jejak-jejak sastra Bali, I Nyoman Darma Putra menyampaikan bahwa ketiganya berkembang seiring dan sejalan serta saling memengaruhi sampai munculnya sastra dwibahasa dan multibahasa.

Prof. Novi Anoegrajekti

Sastra multibahasa, Bali, Indonesia, dan Inggris menjadi media diplomasi dan sosialisasi keunggulan budaya Bali pada masyarakat Internasional. Buku ini menyajikan informasi komprehensif mengenai sastra Bali yang layak menjadi rujukan kalangan akademisi dan pemerhati sastra.

“Membaca buku ini adalah cahaya heterogenitas di area lainnya,” tulis editor buku Sastra Pariwisata (2020).