Mengucapkan ‘selamat hari raya’ merupakan tradisi universal, artinya ada sejak dulu dan dilakukan di mana-mana. Namun di Bali, tradisi atau budaya itu merupakan hal baru, kira-kira bermula akhir 1960-an lewat iklan di surat kabar dan terus berlanjut sampai sekarang memasuki dunia digital.
Secara diakronis, dalam perjalanan waktu tujuh dekade sampai awal 2020-an ini, terjadi perubahan bentuk dan medium pengucapan selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan atau hari-hari suci dan penting lainnya. Alasan pergantian itu nyata disebabkan oleh dua hal yaitu kemajuan teknologi dan ekonomi masyarakat.
Lima Bentuk Perubahan
Jika diidentifikasi sejak awal sampai sekarang, ada lima bentuk atau medium pengucapan hari raya. Kelima bentuk atau medium itu adalah (1) medium iklan di surat kabar, (2) melalui kartu yang dikirim lewat pos, (3) SMS lewat handphone (HP), (4) spanduk atau baliho, (5) lewat sosial media.
Kemajuan teknologi dan gaya hidup menjadi penyebab utama dari perubahan cara mengucapkan selamat hari raya. Orang Bali juga mengucapkan selamat untuk hari-hari universal seperti Tahun Baru.
Bentuk dan medium pun mengikuti pergeseran dari lima bentuk di atas. Kecenderungan utamanya adalah munculnya media atau bentuk pengucapan baru membuat yang lama tertinggalkan atau kurang populer walaupun bukan lenyap sama sekali.
Ucapan Hari Raya di Koran
Ucapan Hari Raya Galungan atau hari suci Hindu lainnya mulai menjadi tradisi sejak tahun 1960-an dalam bentuk iklan ucapan Selamat hari Raya Galungan dan Kuningan di surat kabar. Iklan ucapan selamat itu biasanya dipasang oleh instansi pemerintah dan swasta. Ada juga dari perorangan, namun jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
Iklan ucapan selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan dan atau Hari Nyepi biasanya disertai harapan yang berkaitan dengan nilai atau ajaran agama, bisa juga dibuat kontekstual sesuai dengan situasi waktu itu. Contohnya adalah iklan selamat hari raya Galungan dari pejabat sementara (Pds) Gubernur Bali, I Gusti Putu Merta, pada perayaan Galungan dan Kuningan 31 Agustus dan 10 September 1966.
Dalam iklan tertulis ucapan yang berkaitan dengan permohonan doa kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk mendapat anugerah-Nya juga untuk dapat memenangkan ‘Revolusi Indonesia dan mengemban AMPERA’ (amanat perjuangan rakyat). Pesan sosial ini bisa dipahami karena situasi politik masih panas tahun 1966 pascatragedi yang dikenal dengan nama G30S/PKI tahun 1965.
Iklan yang diucapkan oleh perusahaan swasta seperti toko optikal dan Toko Kintamani tidak menyertakan ucapan sosial politik. Ucapan mereka generik saja dalam bentuk ‘ucapan selamat’ kepada relasinya. Ucapan apolitik ini bisa dipahami karena pihak swasta tidak perlu masuk ke dunia politik jika bisnisnya tidak mau diseret ke situ.
Contoh lainnya bisa dilihat dalam ucapan selamat Hari Raya Nyepi yang dimuat di koran Suluh Indonesia edisi Bali (kini Bali Post), edisi 29 Maret 1966. Dalam iklan ucapan selamat yang dipasang oleh Perusahaan Gabungan Import Export Bali tertulis ‘Mari kita tingkatkan kewaspadaan untuk menyelesaikan Revolusi guna Memenuhi Ampera’. Hadirnya ucapan bernada sosial politik dalam iklan swasta ini karena perusahaan ini sahamnya banyak dipegang oleh kalangan veteran pejuang yang jiwa patriotiknya tak pernah tak berkobar.
Makna ucapan tersebut bisa dipahami dalam konteks sosial politik yang memanas tahun 1960-an di Indonesia termasuk Bali. Kata kunci ‘revolusi’ dan ‘Ampera’ perlu dipahami dalam konteks itu, di mana ‘Ampera’ artinya ‘Amanat Perjuangan Rakyat’. Kontra revolusi yang hendak menghancurkan negara kesatuan sangat ditentang waktu itu. Ucapan hari raya pun menyesuaikan dengan konteksnya. Suasana hari raya digunakan untuk memompa semangat nasionalisme revolusioner.
Surat kabar mendapat banyak bisnis setiap hari raya dari ongkos pembayaran iklan hari raya. Iklan layanan masyarakat ini lebih murah dari harga iklan komersial umumnya, meski begitu, surat kebar seperti Bali Post dalam setiap hari raya atau Natal dan Tahun Baru halamannya dipenuhi banyak iklan. Ini berarti pendapatan besar untuk mereka.
Sampai awal 2010-an, beriklan di koran masih ramai. Iklan tak hanya dipasang oleh lembaga pemerintah dan perusahaan swasta, tetapi juga oleh partai politik dan politisi sebagai arena pencitraan.
Gaya beriklan ucapan selamat hari raya berlangsung terus sampai sebelum era media sosial semarak menjelang akhir 2010-an. Jumlah iklan hari raya di koran berkurang jauh. Itu pun hanya ada satu dua, itu dari perusahan besar seperti bank atau supermarket. Dalam suasana Covid-19 sekarang, iklan seperti itu bahkan lenyap.
Ketika tradisi mengucapkan selamat hari raya berlangsung di koran cetak, hal tersebut tidak terjadi di kalangan masyarakat secara personal. Tidak ada tradisi mengucapkan selamat hari raya dari seorang ke orang lain dalam bentuk media.
Kalau bertemu dan menyapa tentu saja terjadi, tetapi kalau berkirim kartu belum lumrah. Paling tidak belum selumrah mengirim kartu ucapan selamat hari ulang tahun.
Kirim Kartu Lewat Pos
Tradisi mengucapkan selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan di Bali dari orang ke orang merupakan tradisi baru yang boleh dikatakan bermula akhir 1980-an. Saat itu, toko-toko buku dan swalayan seperti Tiara Dewata dan Gramedia dan di Matahari Duta Plaza Denpasar menjual kartu ucapan selamat hari raya Galungan dan Kuningan. Penjualan dilakukan jauh awal dan warga membeli untuk kemudian ditulisi dan dikirim lewat pos.
Ada juga kartu diselipkan di parsel atau hadiah lainnya yang dikirim lewat kurir atau langsugn oleh yang bersangkutan. Kebutuhan mengucapkan selamat ahri raya mungkin sudah lama muncul, tetapi dunia ekonomi dalam hal ini supermarket atau toko buku yang menjual kartu menjadikan kebutuhan itu terwujud. Kehadiran tokoh-toko modern di Denpasar dan kota-kota kabupaten merangsang munculnya gaya hidup baru termasuk gaya mengucapkan selamat hari raya.
Kartu-kartu dengan berbagai desain mulai dijual di toko-toko buku atau swalayan. Masyarakat membeli kartu dan mengirimnya lewat kantor pos. Desain kartu waktu itu umumnya menggunakan lukisan atau foto nuansa Bali. Dengan harga kartu, kalau tak salah, sekitar Rp 1000/ lembar, orang-orang mulai melaksanakan tradisi baru mengirim ucapan selamat hari raya Galungan lewat kartu.
Secara ekonomi, pengiriman ucapan selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan juga dilakukan dengan pengiriman parsel. Parsel itu biasanya berisi kue kering, minuman botol, atau buah-buah segar. Di dalam parsel itu diselipkan kartu ucapan selamat dari pengirim.
Praktik mengirim parsel awalnya dilakukan perusahaan swasta kepada kliennya, atau juga pejabat atau pegawai kepada relasi-relasi istimewanya.
Dengan bentuk dan medium ucapan seperti ini, yang mendapat pemasukan adalah produser kartu, toko-toko penjual, dan tentu saja kantor pos. Bisnis ini lenyap sejalan dengan ditinggalkannya memberikan ucapan selamat lewat kartu yang dikirim lewat pos.
Ucapan Lewat SMS di Handphone
Menyampaikan ucapan selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan atau Hari Raya Nyepi lewat kartu pos diganti dengan mengirimkan pesan singkat atau SMS lewat handphone. Ini terjadi karena kemajuan teknologi komunikasi.
Handphone mulai muncul di Bali pertengahan 1990-an. Awalnya mahal dan hanya dimiliki sedikit orang, akhir 1990-an, pemakai handphone meningkat tajam, bahkan hampir setiap orang dewasa memilikinya memasuki tahun 2000-an. Alat komunikasi ini dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan selamat hari raya.
Cara mengucapkan selamat hari raya dengan kartu lewat pos pun menjadi ketinggalan. Setidaknya ada empat penyebabnya. Pertama, mengirim kartu agak merepotkan karena orang harus membeli sejumlah kartu, menuliskannya, dan harus pergi ke kantor pos untuk mengirimkannya.
Kedua, kemajuan teknologi handphone yang memungkinkan orang mengirim ucapan selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan lewat SMS. Ketiga, cara mengirim ucapa hari raya lewat SMS lebih praktis dan ekonomis daripada dengan kartu lewat pos.
Keempat, pengiriman ucapan selamat hari raya lewat pos membuat orang yang menerima terlambat membalas jika ingin membalas. Jika mereka menerima pas sehari sebelum Galungan, mereka harus membeli kartu (kecuali sudah mempunyai stok) dan harus mengirim ke kantor pos dan diperlukan beberapa hari untuk membuat balasan kartu ucapan itu bisa sampai. Kalau dengan SMS, orang bisa langsung memberikan balasan sehingga terlihat dialogis.
Harga satu SMS berbeda dari satu provider ke provider lainnya, tetapi rata-rata Rp300 per SMS/halamanlayar. SMS panjang yang melebihi sekian karakter/halaman layar bisa dihitung 2 SMS atau 3 SMS. Tanpa dirasakan, seseorang pemegang HP bisa mengirim puluhan teks ucapan selamat hari raya, sehingga menyedot pulsa. Keesokan harinya, biasanya muncul di koran berita tentang provider telepon yang meraih pendapatan milyaran rupiah dari hasil SMS ucapan selamat hari raya.
Pada Tahun Baru, karena dirayakan semua orang, maka jumlah SMS ucapan selamat akan berseliweran dana itu artinya Rp300/sms. Keesokan hari atau lusanya, biasanya muncul berita mengenai mengelembungnya pendapatan penyedia jasa telekomunikasi dari hasil uang SMS. Pemasukan mereka bisa sampai milyaran rupiah.
Meskipun era kartu pos berlalu karena diganti oleh bentuk penyampaian ucapan selamat lewat SMS, tradisi mengucapkan selamat hari raya lewat koran masih berlanjut di tahun 1910-an.
Lewat Spanduk
Menyampaikan ucapan slemat lewat spanduk mulai marak tahun 2000-an dan ini tidak lepas dari kemajuan teknologi desain dan cetak spanduk yang murah dan cepat, juga karena situasi sosial politik pasca-reformasi dengan sistem pemilihan langsung. Para caleg dan partainya berlomba membuat spanduk untuk pencitraan. Instansi pemerintah juga melakukan hal yang sama untuk kepedulian.
Pencitraan oleh politisi dan partainya tidak saja dilakukan pada saat menjelang pemilu tetapi juga saat hari raya tiba, seperti Galungan dan Kuningan dan Hari Raya Nyepi. Ormas juga sering memasang spanduk mengucapkan selamat hari raya. Tidak ketinggalan juga banjar atau sekaa teruna-teruni (pemuda-pemudi). Mereka memasang spanduk melintang di jalan, atau memancangkan baliho di pojok jalan di wilayahnya.
Mencetak dan membuat desain spanduk dari yang sederhana sampai yang estetik terjangkau bangi kebanyakan orang. Tidak mengherankan spandu memadati pojok jalan, di berbagai posisi strategis.
Karena banyaknya baliho, dan tiada henti dipasang untuk hari raya atau kepenitngan sosialisasi lainnya, pemerintah kota Denpasar sampai mengeluarkan ketentuan agar spanduk hari raya dipasang dua minggu sebelum dan dicabut dua minggu setelah hari-H. Tujuannya jelas untuk kerapian dan juga kesempatan banyak orang hendak menggunakan ruang publik untuk memasang spandu. Bisa dibayangkan, setelah dicabut, spanduk menjadi sampah ‘plastik atau didaur ulang untuk peneduh di rumah atau warung.
Menyampaikan ucapan selamat hari raya lewat spanduk relatif murah karena harga cetak tak begitu mahal, dibandingkan dengan harga memasang iklan di media cetak atau televisi. peluang terlihat oleh publik juga cukup besar, karena setiap orang yang lewat akan melilhat spanduk di jalan, kalau di koran audiensnya hanya sebatas yang berlangganan atau membaca koran.
Lewat Sosial Media
Memasuki akhir 2010-an, dunia sosial media sangat semarak. Masyarakat pun menggunakan medsos sebagai medium untuk menyampaikan ucapan selamat hari raya Galungan dan Kuningan serta hari penting lainnya. Selain mediumnya baru dengan flatform medsos, bentuk ucapan juga berganti dari desain sederhana berupa foto, sampai dengan video clip. Penyampaian ucapan itu semarak lewat grup WhatsApp, Instagram, dan lainnya.
Semua itu bisa disampaiakn dengan cepat, murah (dengan data tak terbatas, tergantung jenis paket), bisa personal ditujukan langsung kepada target. Pengirim juga bisa mengetahi bahwa pesannya sudah sampai dalam hitungan detik atau menit. Dalam hitungan cepat, bisa mendapat balasan.
Mengamati desain kartu ucapan selamat hari raya, bentuk kartu bisa dikategorikan menjadi tiga. Pertama, bentuk kartu dengan menggunakan ilsutasri relevan sepeti sesajen, pura, penjor, lanskap spiritual, alam, laut, sunset, dan keramaian atau kekhyusukan sembahyang dengan refleksi indah dan suci. Ilustrasi itu ada yang memakai foto atau juga sketsa atau gabungan.
Umumnya menggunakan huruf Latin dengan bahasa Bali atau Indonesia. Ada juga yang mengkombinasikan aksara Latin dan aksara Bali. Ada yang dengan sadar menempatkan huruf Bali diletakkan di atas huruf Latin menyesuaikan dengan peraturan Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali.
Kedua, kartu dengan gambar atau foto pengirim, jabatan, atau lembaga tempat bekerja. Beberapa rektor mengirim kartu ucapan selamat hari raya dengan gambar dan logo kampus. Dalam beberapa kartu, muncul foto pengirimnya menggunakan masker, tanda bahwa pengirimnya membuat dengan menghormati protokol kesehatan: pakai masker.
Ketiga, menggunakan meme atau video clip yang dibuat secara animasi atau slide foto alam dan lanskap spiritual. Sebagai pengiringnya diisi gamelan Bali. Ada juga video yang mengumandangkan tembang suci atau gita shanti, menggunakan kucing sebagai tokohnya. Menariknya, ucapan selamat hari raya ini juga diunggah di dunia digital.
Produk kartu atau video ucapan selamat hari raya itu, ada yang berisi nama pengirim ada juga yang tanpa nama sehingga bisa di-share oleh siapa saja.
pesan-pesan yang disampaikan pun generik memohoan keselamatan, kedamaian. Pesan kontekstual juga bermunculan, seperti ‘seger dumun tunas’ artinya ‘mohon sehat saja’, relevan dengan konteks Covid-19. Kalau tahun 1960-an konteksnya adalah situasi politik, tahun 2020 konteksnya adalah pandemik. Kartu ucapan selamat hari raya Galungan dengan ajakan memohon kesehatan (seger dumun tunas) tampak disampaikan oleh seorang ahli virus dari Universitas Udayana, Prof. Ngurah Mahardika dan keluarga.
Sulit Dibayangkan Nanti
Demikianlah secara ringkas aneka bentuk dan medium dalam mengucapkan selamat hari raya Galungan dan Kuningan di Bali dalam sekitar tujuh dekade terakhir. Perubahan dan pergeseran bentuk dan medium terjadi karena ekonomi dan perubahan teknologi.
Makin banyak orang memegang handphone dan makin canggih dan lengkap handphone dengan berbagai aplikasi untuk berkomunikasi dan sharing maka makin berkembang bentuk dan medium pengucapan hari raya Galungan dan Kuningan.
Hal in tidak pernah terbayangkan sebelumnya, tetapi mengirim video atau meme untuk menyampaikan ucapan selamat hari raya kini nyata adanya di dunia digital. Dulu hanya terjadi lewat iklan di koran.
Teknologi akan terus berganti, tetapi kita tidak mampu membayangkan seperti apa jadinya nanti, yang pasti segalanya akan berubah dan membuat kita semua surprise (Darma Putra).