Giethoorn adalah perkampungan unik yang terletak sekitar 120 km di luar kota Amsterdam, Belanda. Salah satu desa terbersih di dunia ini mendapat kunjungan sekitar 1,5 juta turis per tahun, khususnya untuk musim semi dan panas.
Berwisata ke Giethoorn, Minggu, 14 Juli 2019, mengingatkan saya pada Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli, Bali. Kedua desa ini pernah mendapat anugerah desa terbersih di dunia, Maret 2019 (Terbersih). Keunikan Giethoorn yang menjadi daya tarik wisata terletak pada dua hal berikut.
Keunikan pertama, desa ini terletak di antara puluhan kanal. Rumah-rumah penduduk seolah berdiri di pulau-pulau kecil di antara kanal-kanal. Warga harus menggunakan perahu jika menuju dan ke luar rumah.
Lokasi perkampungan di antara perairan kanal-kanal itu membuat Giethoorn dijuluki seperti Venesia-nya Belanda.
Selain menggunakan boat, warga atau pengunjung bisa jalan kaki atau naik sepeda. Ada sekitar 150 jembatan-jembatan kecil yang menghubungkan rumah-rumah di sana.
Giethoorn indah dan sunyi. Perahu atau boat yang beroperasi menggunakan tenaga listrik. Hanya satu dua perahu menggunakan mesin dan bahan bakar minyak, sisanya listrik. Boat melaju tanpa deru mesin, menjaga hening tenang desa yang indah ini.
Mobil tidak lalu-lalang di kawasan perkampungan itu. Akibatnya, daerah Giethoorn ini bebas polusi: bebas polusi udara, bebas polusi suara.
Keunikan kedua, atap rumah-rumah perkampungan terbuat dari rumput atau alang-alang. Atap rumput yang tebal itu membuat rumah tampak unik dan tradisional, kokoh karena tebal.
Ada ratusan rumah, memang tidak semua menggunakan atap alang-alang. Tapi, sebagian besar sehingga kekhasan rumah itu menjadi ciri arsitektur dari desa ini. Rumah-rumah di sana memiliki fasilitas modern seperti rumah umumnya. Tradisi dan modern berpadu dalam arsitektur rumah.
Kebanyakan rumah di perkampungan ini merupakan properti pemilik kaya yang digunakan untuk rekreasi, kamping, saat akhir pekan atau liburan. Hanya sebagian kecil warga yang tinggal di sana. Harga rumah di sana sekitar 300-500 ribu Euro.
Desa Terbersih
Berkali-kali terbetik berita bahwa perkampungan Giethoorn termasuk salah satu dari tiga desa terbersih di dunia. Dua desa lainnya adalah Desa Mawlynnong, wilayah timur India, dan Desa Penglipuran, Bali.
Penglipuran terletak di Kabupaten Bangli, Bali, dan menjadi destinasi wisata terkenal di Bali. Daya tariknya terletak pada arsitektur rumah dengan tembok dan gerbang tradisional (angkul-angkul) seragam.
Sama dengan Giethoorn, pekarangan utama Desa Penglipuran juga tidak boleh dilalui mobil. Desa ini bebas dari bising. Mobil disiapkan jalan lingkar di luar/belakang desa.
Kebersihan perkampungan Giethoorn memang terasa dalam setiap sudutnya. Alamnya indah, hijau. Di tepian sungai banyak taman dan beberapa pohon besar nan rindang.
Saya berkunjung ke tempat ini musim sudah memasuki musim panas (summer). Meski demikian, taman-taman rumah warga masih diwarnai bunga mekar seolah masih spring.
Berkunjung ke Giethoorn gratis, artinya wisatawan tidak membayar. Mereka bisa lalu-lalang menikmati keunikan perkmapungan dan keindahan alam. Kehadiran wisatawan membuat usaha di daerah itu berkembang. Wisatawan datang menjadi pelanggan dan membelanjakan uang di sana.
Sewa Boat
Wisatawan yagn datang ke Giethoorn, bisa menjelajah area dengan jalan kaki di tepian kananl, menyeberang dari satu jembatan ke jembatan lain.
Mereka juga bisa menyewa boat. Harga sewa boat sekitar 150 Euro per 4 jam. Puluhan boat tertambat siap disewakan. Satu boat bisa berisi 4-8 orang. Naik boat beriringan secvara pelan di kanal yang sempit merupakan keriangan dalam desa yang hening tenang.
Untuk memastikan Anda dapat boat ketiga tiba, sebaiknya booking, karena jika ramai bisa saja boat habis tersewa pada jam sibuk.
Bagi pemilik boat, sebuah boat bisa tersewa dalam dua kali dalam sehari sehingga bisa memberikannya 300 Euro hari ini. Ini bisnis bagus karena modal harga sebuah boat 1200 Euro bsia cepat kembali.
Turis yang menyewa boat langsung mengendarai boat, seperti nyetir mobil biasa. Ada juga boat besar yang bisa digunakan untuk wisatawan bergrup. Banyak wisatawan Asia berkunjung kemari, seperti dari Jepang, Cina, dan Thailand.
Ada puluhan perahu mondar-mandir di kanal serupa danau sehingga seolah naik perahu di Danau Batur atau Beratan, Bali.
Fasilitas Restorant
Di ujung desa, di kanal yang luas seperti danau, terdapat restaurant Smits Paviljoen. Berlayar menuju ke restoran untuk makan siang, dan berlayar kembali adalah cara lazim untuk menikmati keindahan Giethoorn. Dinner juga disiapkan, bagi turis yang ingin menghabiskan senja di sana.
Saat musim bunga dan panas adalah waktu ideal untuk ke Giethoorn. Saat musim panas, matahari terbenam dalam waktu yang lambat sekali, bisa sampai pk. 22.00.
Banyak turis datang ke Smits Paviljoen Resto untuk menikmati makan siang dan minum bir atau wine. Di sini tersedia hidangan makanan Barat dan juga Asia, seperti sate dan kerupuk.
Selain Smits Paviljoen Restaurant, ada beberapa restoran lain di beberapa sisi kanal tempat wisatawan menikmati waktu rekreasi sambil makan atau ngopi.
Jika ada cukup waktu sehari, wisatawan ke tempat ini bisa berkunjung ke museum. Atau, menikmati anak-anak muda yang melakukan atraksi memikat, seperti latihan melukis bersama.
Seperti destinasi wisata umumnya, di Giethoorn juga ada beberapa toko suvenir. Di sana terjual cendera mata seperti miniatur kincir angin, bakiak, gantungan kunci, dan miniatur kapal layar yang dipakai VOC waktu silam menjelajah Nusantara.
Terima kasih kepada Henk dan Dalik Wustenveld yang mengajak kami ke Giethoorn untuk menikmati hari Minggu yang sejuk dan indah dalam rekreasi yang mengesankan (Darma Putra).
fenomena dari kedua tempat indah ini sangat menginsfirasi untuk mengedepankan kebersihan suatu tempat sehingga layak untuk di tunjukan ke pengunjung…. luar biasa tripnya pak prof