Untuk pertama kalinya saya melihat perempuan Bali ngurek, menusukkan keris ke tubuh saat kesurupan (trance). Adegan itu saya lihat saat upacara melasti (penyucian) di Pantai Petitenget, Kuta Utara, Badung, Bali, yang berlangsung Sabtu, 25 Maret 2017.
Saat itu udara panas terik, waktu menunjukkan pukul 11.30. Ribuan warga Hindu Bali beriringan menuju pantia ini dalam prosesi melasti. Mereka membawa sarana ritual berupa umbul-umbul, sesajen, dan arca dewa yang stanakan dalam juli, bangunan mini berbentuk rumah.
Dulu juli yang berat digotong warga dari desa yang jauh bahkan sejauh 6 km menuju Pantai Petitenget. Sejak sekitar awal 2000-an, juli sudah bisa didorong di atas roda. Lebih praktis, lebih ringan.
Jalanan mulus hotmix membuat mendorong juli dengan roda menjadi lancar. Hanya saat tiba di pantai, peserta prosesi harus menggotong juli dan rodanya karena sulit bergulir di pasir.
Rangkaian penyucian melewati beberapa porses persembahyangan, termasuk ngurek oleh para pengiring. Ngurek atau juga dikenal dengan nguying merupakan tradisi dalam kegiatan ritual Hindu di Bali.
Kalau ada upacara di pura, khususnya upacara besar di pura besar, ngurek yang merupakan manifestasi pemujaan kepada Tuhan, biasa dilakukan. Yang melakukan itu biasanya orang laki-laki, yaitu pemangku atau sadeg dari pura tersebut.
Ritual ngurek yang terkenal di Denpasar adalah di Pura Pangerebongan, Kesiman, Denpasar Timur. Pemujaan lewat ngurek itu merupakan hal yang unik dan selalu menarik di pura tersebut. Banyak warga dan wisatawan yang ke sana untuk menyaksikan.
Calon Arang
Ngurek juga bisa dilihat dalam seni pertunjukan Bali khususnya Calon Arang. Dalam mitologi yang melukisakan perang antara Barong (lambang kekuatan putih) dengan Rangda (ilmu hitam), anak buah barong yang semula menusuk Rangda, akhirnya disihir oleh rangda untuk berbalik menusuk dirinya (ngurek).
Adegan dalam pertunjukan menusuk diri dalam kesurupan itu pun dilakukan oleh laki-laki. Tidak pernah saya lihat ada pepatih (pasukan) perempuan yang ngurek.
Sejalan dengan perkembangan pariwisata, Barong Dance untuk turis juga biasanya diisi dengan adegan ngurek. Barong Dance juga dikenal dengan tari keris atau keris dance. Keris Dance menjadi ikon seni pertunjukan turistik Bali, sama populernya dengan kecak dance.
Wisatawan biasanya taku-takut berani melihat adegan penari menusukkan keris ke tubuhnya. Kadang keris ditegakkan di tanah, penari dengan lihai menaruh badannya di atas keris, tapi tidak tembus. Karena menusuk saat kesurupan, dipercaya tubuh menjadi kebal karena dilindungi Dewa.
Sekali lagi, semua penari keris dance adalah laki-laki.
Surprise
Karena tidak pernah melihat sebelumnya, saya pun agak surprise ketika melihat perempuan ngurek saat melasti tahun 2017 di Petitenget. Ada puluhan atau mungkin ratusan kelompok prosesi dari sejumlah pura di desa adat sekitar Petitenget, seperti Kerobokan, Tegal Jaya, dan Padangsambian, yang melasti di Petitenget.
Hampir setiap prosesi sesampai di pantai pengiringnya kesurupan dan diisi persembahan dengan ngurek. Namun, saya hanya melihat yang dari satu pura ini saja yang ada pengiring perempuan yang ngurek. Tidak saja satu, tetapi dua.
Mungkin beliau sudah biasa melakukannya saat odalan di pura mereka, sehingga melakukan ngurek pemujaan saat melasti adalah hal biasa. Namun, bagi saya dan sejumlah teman ayng saya tanyakan, mereka mengetahui perempuan ngurek sebagai hal baru.
Ngurek biasanya dilakukan dalam waktu yang singkat, mungkin hanya beberapa menit. Kadang pengiring melakukan itu dengan satu, bisa juga dengan dua keris. Untuk mencegah ngurek lama, anggota prosesi biasanya cepat menghentikan antara lain dengan menyiratkan tirta dan atau arak-berem di depan asap dupa.
Setiap melasti di Petitenget dan mungkin juag di tempat lain, ada banyak wisatawan asing yang menyaksikan. Saat melastik 2017, saya melihat sejumlah wisatawan yang memotret adegan ngurek. Mereka tidak merasa takut melihat, tetapi justru tampak happy menontonnya dari dekat. Mereka membawa kamera, dan tak ketinggalan menjepret atau membuat video, bersaing dengan fotografer profesional di sebelah-sebelahnya.
Karena dipercaya orang kesurupan kerangsukan roh istimewa, makanya tak ada yang terluka dari tertusuk keris.
Di Desa Adat Kapal
Sore hari itu juga, ketika membuka Instagram, saya melihat foto perempuan ngurek di Instagram Denpasarnow. Foto itu diamsil di Pura Desa Adat Kapal, Kabupaten Badung. Ngurek itu berlangsung setelah peserta prosesi pulang dari melasti di Pantai Seseh. Foto ngurek ini dengan cepat mendapat like dan terus bertambah, dari hanya 599 sore hari, menjadi 1,474 like hingga pukul 20.50. Sesudah itu, mungkin bertambah lagi.
Foto ini menunjukkan bahwa ngurek oleh perempuan bukan hal baru (dp).