12557131_10208015032275056_135338549_o
Jeruk dekopon, belum ranum benar tapi sudah lezat dan manis nian (Foto Darma Putra).

Berselang lima bulan, tak terduga, dua kali kami dapat berkunjung ke tempat rekreasi indah Bagus Agrowisata Pelaga, 50 km utara Denpasar. Yang pertama, 28 Agustus 2015, dalam kunjungan bersama 80 mahasiswa S-2 Kajian Pariwisata Universitas Udayana. Berikutnya, 16 Januari, ketika kami rekreasi bersama keluarga, mengisi perayaan belated Tahun Baru 2016.

Dalam kunjungan kedua inilah, kami mendapat pengalaman istimewa, yakni diajak oleh pemilik Bagus Agro Pelaga, Bagus Sudibya dan istrinya Djaya Wardani, untuk mencicipi lezatnya jeruk dekopon yang baru dipetik. Dalam kunjungan pertama kami Agustus lalu, jeruk itu belum siap petik.

Dekopon adalah jenis jeruk baru di dunia yang berasal dari Jepang. Varietas jeruk ini adalah hasil persilangan mandarin Jepang kiyomi dengan ponka, citrus dari India. Persilangan ini dilakukan tahun 1972, ketika Jepang mencari siasat untuk menghentikan impor jeruk dari Amerika Serikat.

Hasil persilangan memberikan buah yang mengagumkan, menyelamatkan ekonomi sebagian petani mandarin dan menambah item dagangan buah di swalayan. Mulai tahun 1979, dekopon mulai muncul di supermarket di sekitar Jepang.

Isi dekopon, lembut lezat seedless alias tanpa biji (Foto Darma Putra)
Isi dekopon, lembut lezat seedless alias tanpa biji (Foto Darma Putra)

Menurut Japan Times (22/01/2009), mengutip data tahun 2005, dekopon tumbuh di 23 dari 47 provinsi di Jepang, di areal seluas 3,000 hektar, dan menghasilkan lebih dari 38,000 ton metric setiap tahun.

Jepang tak hanya mengekspor kendaraan, tetapi juga jeruk ‘merk dekopon’. Tak lama setelah popular di negerinya, dekopon beredar dan berkembang ke Brazil, Amerika, Australia, Korea, dan Indonesia.

Di Indonesia, dekopon mlai berkembang di Ciwidey, Jawa Barat, lalu di Bali dirintis oleh Bagus Sudibya. “Kami pernah mencoba memasukkan ke Bali, tetapi rumit sekali. Akhirnya, kami mendatangkan dari Jawa Barat,” tutur pemilik Bagus Agro Pelaga itu.

dekopon
Mahasiswa mendapat penjelasan tentang agrowisata khususnya jeruk dekopon, Agustus 2015 (Foto Darma Putra).

Tiga Ciri Dekopon

Setidaknya ada tiga ciri dekopon, yaitu lezat-manis, buahnya besar, dan seedless alias tanpa biji. Ketika siap petik, sebuah dekopon bisa mencapai berat sekitar setengah kilo. Buah istimewa ini nilainya antara Rp 50-80 ribu per kilo.

Ukurannya seperti buah pear atau citrus, dengan ujung ada moncongnya. Kulitnya agak tebal, tapi mudah dikupas. Isinya persis seperti mandarin. Rasanya manis, lezat. Tidak ada bijinya, enak dimakan.

Usai makan siang di salah satu dari dua restoran di Bagus Agro, kami menikmati lezatnya dekopon petikan perdana. Pak Bagus Sudibya mengupasnya dengan tangan dengan mudah.

“Kulitnya tebal, tapi gampang dikupas,” ujar Bagus Sudibya sambil menunjukkan kupasan dekopon. Kulit tebal itu membuat buah tidak cepat busuk, alias lebih tahan lama.

Juringan kupasan jeruk dengan mudah dipilah seperti halnya mandarin. Hanya saja juringnya lebih besar, rasanya manis dan lezat.

“Jika metiknya ditunda beberapa minggu lagi, ranum sekali dan lebih manis,” kata professional pariwisata yang lama bersekolah dan kuliah di Jerman tahun 1980-an.

Bagus Agro seluas 18 hektar, ditanami aneka buah dan sayuran organik, seperti papaya, strawberi, asparagus, nangka, bunga mawar Holland, dan jeruk dekopon. “Di sini ada 20 ribu mawar, yang sudah berbunga,” ujar Bagus Sudibya.

Bunga mawar produksi Bagus Agro sudah dijual ke pasar dan juga untuk memenuhi kebutuhan flower untuk hiasan di properti usaha Bagus Sudibya lainnya.

Sebagian dari 20 ribu batang mawar di Bagus Agro (Foto Darma Putra)
Sebagian dari 20 ribu batang mawar di Bagus Agro (Foto Darma Putra)

Seribu Pohon

Ada sekitar 1000 pohon dekopon yang ditanam tiga-empat tahun lalu dia areal Bagus Agro. Untuk merawatnya, dipekerjakan beberapa petani termasuk satu orang dari Jawa Barat.

Tiap pohon sudah berbuah lebat. Pohonnya rendah-rendah, tidak tinggi amat. Untuk memetiknya, tidak perlu menjinjit, mudah dijamah tangan.

Karena buahnya lebat, rangkaian bambu dipasang untuk membantu ranting memikul beban berat buah dekopon. Di beberapa pohon juga digantung penjebak serangga berupa lem sehingga oeprasi destruktif lalat buah bisa dicegah.

Suasana hijau, indah, dan nyaman di Bagus Agrop Pelaga. Pak Bagus Sudibya (depan) dan istri Djaya Wardani (nenteng tas) mengantar kami menikmati perkebunan dekopon.
Suasana hijau, indah, dan nyaman di Bagus Agro Pelaga. Pak Bagus Sudibya (depan) dan istri Djaya Wardani (nenteng tas) mengantar kami menikmati perkebunan dekopon.

Fasilitas Bagus Agro

Bagus Agro yang berlokasi di ketinggian 900 di atas permukaan laut dan berhawa sejuk merupakan tempat yang ideal untuk rekreasi. Wisatawan bisa berkunjung ke tempat ini untuk melihat aneka tanaman di agrowisata ini.

Di sini juga ada fasilitas restoran dan farm house berupa villa yang mewah dan bernuansa hijau indah. Setiap villa berisi kamar dan ruang rekreasi plus kolam renang. Pemandangan gunung hijau di sekeliling Bagus Agro membuat tempat ini nyaman, sunyi, udara bersih, dan menyenangkan.

Bagus Agro adalah agrowisata pertama di daerah ini, dikelola secara professional dalam jaringan usaha Bagus Sudibya termasuk Bagus Jati di Tegallalang Gianyar, Puri Bagus Manggis dan Puri Bagus Candidasa (keduanya di Karangasem), dan Puri Bagus Lovina (Singaraja).

“Hasil agro di sini kami gunakan untuk memenuhi kebutuhan sayur dan buah untuk usaha akomodasi yang kami kelola,” ujar Bagus Sudibya.

Dan yang lebih penting, menurut Bagus Sudibya, adalah agrowisata ini dikelola untuk membuktikan bahwa pariwisata dan pertanian bisa sejalan dalam simbiose mutualisme, saling mendukung dan saling menguntungkan. 

Selain itu, petani merasakan manfaatnya, pertanian terjaga, dan pariwisata bisa mendapatkan supply yang bermutu dari pertanian (Darma Putra).