Tur lumba-lumba di Lovina (foto Darma Putra)
Tur lumba-lumba di Lovina (foto Darma Putra)

Suasana masih remang ketika sekitar 45 perahu nelayan bermesin tempel membawa masing-masing 5 turis untuk melihat lumba-lumba alias dolpin di laut Lovina, Bali Utara. Pemandangan seperti Sabtu, 4 April 2015 itu terjadi setiap pagi, berarti paling tidak ada 200 turis mengikuti tur dolpin setiap hari.

Tur dolpin menjadi ciri khas daerah kawasan wisata pantai Lovina. Waktu keberangkatan pk. 06.00, dan lamanya tur antara 1-1,5 jam. Saat pagi harilah dolpin bermunculan. Konon jumlah dolpin di laut Lovina mencapai ribuan, tapi yang bermunculan dan menampakkan diri untuk turis hanya beberapa kawanan.

Pantai Pemaron-Lovina dijepret dari restaurant Hotel Puri Saron (foto Darma Putra)
Pantai Pemaron-Lovina dijepret dari restaurant Hotel Puri Saron (foto Darma Putra)

Tur pagi hari sangat ideal bagi wisatawan yang waktu liburannya terbatas. Waktu yang diperlukan untuk wisata lumba-lumba ini pada pagi hari, sekitar dua jam. Kembali dari tur sekitar pk. 08.00, adalah saat yang baik buat breakfast. Sisa waktu berikutnya bisa digunakan untuk wisata lainnya di sekitar Lovina seperti ke air panas di Desa Banjar atau air terjun di Gitgit, selatan kota Singaraja.

Harga Tur

Harga tur dijual bervariasi, antara Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu per orang. Untuk satu perahu maksimal berdaya angkut lima orang. Setiap hotel di Pemaron dan Lovina pasti menawarkan tur dolpin.

Tamu yang membeli bisa naik langsung di pantai di depan hotel. Kalau membeli di luar hotel, mungkin harus mengambil kesepakatan di mana naik, walau bisa juga dijemput ke pantai depan hotel.

Tawaran membeli paket tur dolpin juga terdapat di tempat umum seperti di tepi pantai atau kedai minum.“Jika pandai menawar, bisa dapat Rp 50 ribu,” ujar seorang teman dari Jerman, yang ikut tur dolpin akhir Maret 2015.

Dengan mengeluarkan uang sekurang-kurangnya Rp 50 ribu per orang, turis dijamin dapat melihat lumba-lumba jumpalitan di luat lepas, jika beruntung bisa dalam jarak sedekat-dekat 25 meter.

IMG_3088 - Copy
Lumba-lumba di Laut Lovina, Sabtu 4 April 2015 (Foto Darma Putra)
IMG_3087 - Copy
Lumba-lumba jumpalitan beriringan di Laut Lovina, Sabtu 4 April 2015. Wisatawan riang memfotonya sebisa mungkin (Foto Darma Putra)

Hanya saja untuk memfotonya agak sulit. Selain jauh, gerakan dolpin begitu cepat, dan jika banyak perahu mendekat, dolpin-dolpin enggan bergaya. Puluhan perahu yang menderu-deru selalu berusaha mendekat ke gelombang tempat lumba-lumba muncul dan berjumpalitan beriringan.

“Pagi memang saat dolpin bermunculan, kalau sore mereka sudah kenyang, jarang tampak,” ujar Ketut Merta (52), tukang perahu kami.

Ayah empat anak itu sudah menjadi tukang perahu untuk tur dolpin selama lebih dari 20 tahun. “Awalnya saya nelayan, lalu sejak wisatawan mulai ramai ada pilihan mengantar tamu,” katanya.

Ketika baru mulai menjadi tukang tur dolpin, Ketut ingat harga tur waktu itu Rp 700. “Kini sudah Rp 50-an ribu,” tambahnya.

Karena turnya hanya sejenak pada pagi hari, siang atau sore hari Ketut terkadang mendapat order untuk mengantar tamu diving atau snorkling. Laut menjadi tumpuan harapan hidupnya. “Tapi, perahu ini bukan milik saya, saya menjalankan saja. Punya boss saya,” tambahnya.

Lebih dari Seratus

Di Lovina dan sekitarnya terdapat lebih dari 100 perahu menawarkan tur dolpin. Jumlah ini mungkin relatif banyak, namun karena tur hanya bisa dilaksanakan sekali saja pada pagi hari, jumlah itu mungkin tidak begitu banyak apalagi kalau dilihat jika anomi tur dolpin meningkat stabil. Bisnis tur dolpin ini sangat terbatas, tidak bisa dijual di luar jam 6-9 pagi. Dolpin tak bisa diatur muncul di luar jam itu.

Untuk memastikan tur melihat lumba-lumba ini berlanjut dan memberikan keselamatan, Ketut dan juga tukang perahu lainnya rutin melaksanakan ritual kecil saat hari baik seperti Purnama. “Jangan sampai dolpin pergi dari sini. Jangan sampai di antara perahu berbenturan,” kata Ketut.

Saat dolpin muncul, idealnya perahu diam dan mematikan mesinnya agar dolpin tidak ketakutan dan bisa lama jumpalitan beriringan. Namun, tukang perahu memiliki kesepakatan mesin perahu tak boleh mati karena kalau mesin mati perahu sulit digerakkan dengan cepat jika perahu lain berseliweran mendekat ke arah kawanan dolpin.

???????????????????????????????

Dolpin alias lumba-lumba memang menjadi ikon wisata Lovina. Pantainya sendiri berpasir hitam, tak seindah Kuta atau Sanur, tapi pemandangan indah dan atraksi lumba-lumba di laut lepas membuat daerah tujuan wisata ini yang dipopulerkan oleh Panji Tisna, mantan Raja Buleleng sekaligus sastrawan Angkatan Pujangga Baru, sejak awal 1970-an memiliki mahkotanya sendiri.

Bravo Lovina, yang telah memberikan daya tarik bagi turis dan daya hidup bagi nelayan lokal.

 Darma Putra, menulis saat liburan di Puri Saron Hotel, Pemaron-Lovina.