Luar biasa ramainya arena Denpasar Festiva (Denfest) 2018 pada hari ke-2, Sabtu, 29 Desember. Masyarakat menyemut memadati ruang-ruang pameran, juga berjubel di depan-depan kedai makanan. Cuaca yang baik sejak pagi hari, cerah tanpa hujan dan aneka ragam kuliner yang kiranya membuat warga antusias datang ke Denfest.
Desember adalah musim hujan. Dalam setiap gelaran Denfest, biasanya selalu ada siraman air dari langit. Entah saat pembukaan, entah saat berlangsung, entah saat penutupan. Namun, untuk Denfest 2018, sampai hari kedua, hujan tak turun. Festival berlangsung semarak.
Pemkot Denpasar lewat Walikota Ida Bagus Rai Mantra selalu berusaha menggelar Denfest yang baik dari tahun ke tahun. Pelibatan masyarakat diutamakan, peran perangkat pemerintahan juga dimantapkan. Remaja yang tergabung dalam Jegeg-Bagus (teruna-teruni) Denpasar juga dilibatkan. Mereka memang merupakan duta pariwisata Kota Denpasar.
Ajang Denfest kali ini juga diwarnai dengan pelantikan pengurus Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Denpasar periode 2018-2022 dan peluncuran co-branding pariwisata Kota Denpasar “The Heat of Bali” yang disesuaikan dengan spirit tema dan warna branding pariwisata nasional “Wonderful Indonesia”. Penyesuaian dilakukan untuk warna logo tari baris, disesuaikan dengan tata warna burung cendrawasih yang menjadi logo Wonderful Indonesia.
Pengenalan branding itu dilaksanakan Walikota Rai Mantra di Hotel Inna Heritage, Jalan Veteran Denpasar. Tarian Baris mewarnai loncing co-branding pariwisata Denpasar.
Melibatkan Anak-anak
Dari tahun ke tahun partisipasi masyarakat selalu melibatkan anak-anak. Ini sttrategi tepat apalagi dilihat dari spirit pemajuan kebudayaan. Anak-anak adalah tunas muda yang akan menjadi tulang punggung budaya kota ke depan.
Pembukaan Denfest 2018 yang bertema Denpasar Urban Playground alias Denpasar Manglila Cita, melibatkan 300 anak-anak. Mereka menyajikan kesenian dolanan termasuk permainan tradisional.
Bermain adalah dunia anak-anak. Permainan anak-anak dibingkai dalam kearifan lokal berbasis tradisi lisan. Permainan anak-anak itu dikemas dalam seni pertunjukan dengan memanfaatkan tarian, gamelan yang penuh suka-cita. Anak-anak siswa SD yang ambil bagian berasal dari wilayah Kota Denpasar.
Mereka merasa bangga bisa ikut dalam ajang Denfest. Mereka senang karena bisa mengekspresikan diri, bisa mengenal dan memperkenalkan permainan tradisional.
Bagi Walikota Rai Mantra, pelibatan anak-anak dalam kegitan Denfest memiliki makna edukasi. Edukasi bagi anak-anak untuk mengenal permainan tradisional, dan edukasi bagi masyarakat agar mereka mengetahui kekayaan permainan tradisional yang kita miliki.
“Muaranya adalah bahwa pengenalan permainan tradisional ini adalah untuk kebahagiaan masyarakat,” ujar Walikota IB Rai Mantra.
Kemasan Baru
Denfest 2018 kali ini hadir dengan kemasan baru disesuaikan dengan era industri 4.0 yang mengandalkan kemajuan tekonologi informasi digital. Pemerintah menerapkan sistem pembelanjaan transaksi non-tunai menggunakan aplikasi seperti Go-pay, OVO money, dan T-Money.
Pedagang tak perlu repot menghitung uang, mengembalikan susuk, karena pembeli membayar dengan e-money. Disediakan stand khusus buat masyarakat untuk mendapatkan kartu e-money jika mereka belum memiliki.
Dengan sistem transaksi e-money, pemerintak selaku pelaksana Denfest bisa menghitung dengan cermat nilai transaksi selama Denfest. Nilai transaksi itu merefleksikan arti dan manfaat ekonomi dari Denfest. Evaluasi ini akan memungkinkan pemerintah untuk menyusun strategi yang berguna dalam meningkatkan kualitas Denfest.
Banyak yang spintan menyambut gagasan ini dengan tanda tanya, apakah mungkin anak-anak atau warga kota semuanya familiar dengan OVO. Gaya baru ini akan membuat orang enggan belanja. Yang lain mengatakan bahwa kemajuan harus direalisasikan karena kehadirannya tidak bisa ditolak.
Kini dianggap saat yang tepat untuk menggunakan belanja non-tunai, sesuatu yang sudah bisa dilukan masyarakat untuk bayar toll, bayar transport berbasis aplikasi seperti Gojek dan Grab.
Berdasarkan pengataman, kedai makanan laris manis, menunjukkan masyarakat mulai mengikuti kemajuan belanja secara non-tunai. Secara bertahap, mereka mengikuti kemajuan teknologi, karena akan ketinggalan kalau tidak ikut serta.
Sosialisasi belanja non-tunai selama Denfest dilakukan pemerintah Kota Denpasar melalui tokoh komedi Hai Puja lewat video klip. Video klip mereka beredar viral luas di grup sosial media, disajikan dengan jenaka.
Selain sosialisasi belanja non-tunai, Walikota juga menghadirkan video dengan pesan pengurangan sampah plastik dengan pelawak Hai Puja. Dalam video kampanye mengurangi sampah plastik, Pak Walikota malah ikut jadi bintang, bertutur menyadarkan Hai Puja untuk mengajak masyarakat mengurangi atau diet penggunaan plastik yang sulit hancur kalau mengotori sungai dan laut.
Stand dan Permainan
Denfest 2018 menyuguhkan 332 stand untuk aneka pameran, edukasi, dan perdagangan termasuk kuliner. Untuk pementasan, panitia menyediakan empat panggung utama termasuk untuk hiburan anak-anak dan heritage. Kelompok band yang dilibatkan mencapai 26 grup dan 18 kelompok kesenian.
Denfest yang berlangsung dari 28-32 Desember itu memang dimaksudkan menjadi festival meriah, tempat warga kota bersuka cita sesuai spirit urban play ground.
Ruang pelaksanaan Denfest cukup idal karena bisa diakses dari berbagai penjuru: Barat, Utara, Timur,dan Selatan. Kepadatan lalu-lintas tidak bisa ditawar, tetapi secara umum jalanan padat dan lancar. Parkir melebar ke mana-mana, tetapi lalu-lintas tetap mengalir.
Jika tak hujan, suka cita dan ekspresi riang gembira bisa terpancar dari pengunjung, pengisi acara, pedagang, panitia, dan juga petugas kebersihan. Semua bekerja keras untuk menyukseskan Denfest, hiburan merakyat warga kota menjelang akhir tahun.
Biasanya air mancur di Patung Catur Muka warna-warni, membuat warga suka menjadikan latar belakang untuk selfi. Kali ini, warna-warni itu tidak tampak, entah apa sebabnya. Meski demikian, warga tetap menjadikannya latar belakang berfoto.
Kedai makan ramai sekali. Pengunjung merubung kedai-kedai untuk menikmati hidangan. Aneka makanan lokal seperti lawar, babi guling, sate, tipat, rujak hadir di arena Denfest. Ada juga hidangan iga bakar, kentang goreng, dan jenis makanan dari luar yang sudah menjadi menu lumrah di sekitar kita.
Majulah Denpasar, jayalah Denfest dari tahun ke tahun (Darma Putra).