Berikut adalah testimoni para dosen yang mempublikasikan artikelnya di Jurnal Kajian Bali setelah jurnal yang diterbitkan Universitas Udayana ini terindeks scopus. Mereka memberikan testimoni karena merasa kaget mendapat scopus ID, sesuatu yang diidamkan sejak lama, akhirnya pecah telur.
Memiliki Scopus ID (identitas scopus atau akun scopus) adalah idaman atau tuntutan tiap dosen. Seorang dosen atau peneliti bisa memiliki Scopus ID kalau sudah menulis artikel di jurnal internasional bereputasi terindeks Scopus. Jika tidak, tak mungkin.
Tidak perlu menjadi penulis pertama, jadi co-author untuk artikel yang dimuat di jurnal terindeks scopus sudah bisa mendapatkan Scopus ID dari Scopus. Dalam akun itu, akan tercatat daftar dan judul artikel, nama jurnal, info tahun terbit, dan lain-lain. Dalam akun itu, juga tercatat jumlah sitasi artikel tersebut. Jumlah sitasi menentukan h-indeks seseorang.
Akun scopus memuat matrik H-indeks, yang ditentukan oleh artikel dan jumlah sitasi. Makin banyak artikel dan sitasi yang ditulis seorang dosen, makin tinggi H-indeksnya. Angka H-indeks kadang dijadikan syarat untuk kompetisi ilmiah, misalnya dalam memperebutkan dana hibah riset dan juga ranking universitas tempat mereka bekerja. Scopus ID dan h-indeks menjadi penanda reputasi.
Walau hampir setiap dosen ingin memiliki scopus ID, belum tentu mereka bisa mewujudkan dambaan itu, karena menulis di jurnal terindeks scopus sulit sekali. Namun, banyak juga yang berhasil, terutama dosen yang rajin meneliti dan tak kenal putus asa menulis artikel yang baik. Scopus ID, sangat penting.
Pecah Telur Akun Scopus
Banyak dosen merasa pecah telur ketika artikelnya termuat di jurnal scopus. Selain bangga berhasil menembus jurnal bereputasi, juga berarti mendapat scopus ID.
Pada Jumat, 5 April 2024, banyak kawan-kawan dosen di Bali merasa pecah telur dapat scopus ID. Mereka menemukan namanya muncul di akun scopus beserta artikel yang pernah ditulisnya di Jurnal Kajian Bali dalam lima tahun terakhir.
Jurnal Kajian Bali terindeks scopus mulai 9 Desember 2023. Sejak itu, scopus melakukan sinkronisasi dengan web Jurnal Kajian Bali. Setelah hampir empat bulan, sinkronisasi selesai, dan para penulis artikel di Jurnal Kajian Bali mendapatkan dirinya memiliki scopus ID.
Beberapa dosen dari Unud dan dari perguruan tinggi negeri dan swasta menyampaikan terima kasih kepada Jurnal Kajian Bali karena berkat jurnal ini, mereka bisa memiliki akun scopus atau scopus ID. Sering mereka memimpikan punya scopus ID, tapi mereka pikir akan sulit terwujud karena untuk mempublikasikan artikel di jurnal terindeks scopus sulit sekali.
Berkat kerja keras tim editor dan penulis, Jurnal Kajian Bali akhirnya lolos terindeks scopus. Dengan demikian, artikel-artikel lima tahun terakhir diakui sebagai artikel terindeks scopus, dan berhak atas scopus ID.
Testimoni Dua Dosen
Berikut adalah testimoni dosen-dosen yang tiba-tiba memiliki akun scopus, dan merasa berterima kasih kepada Jurnal Kajian Bali, karena berkatnya bisa memiliki publikasi di jurnal bertaraf internasional dan bereputasi.
Dr. Ni Luh Putu Agustini Karta
Dr. Ni Luh Putu Agustini Karta, Wakil Rektor 1 Universitas Triatma Mulya, Bali, mendapatkan scopus ID dengan tiga artikel tercantum di dalamnya. Sebelum ini, dia belum berhasil tembus publikasi di jurnal scopus sehingga tidak memiliki scopus ID. Kini, dia merasa bahagia, karena artikel yang terbit di Jurnal Kajian Bali sudah terakui scopus.
Atas peroleh akun scopus, Dr. Agustini menyampaikan testimoninya: “Jurnal Kajian Bali (JKB) trustworthy and committed to us”.
“Berawal dari mendapat kesempatan publikasi artikel hibah kerja sama luar negeri DIKTI, JKB menjadi pilihan hati untuk publikasi. Indeks Sinta 2, review proses yg detail dan akurat, memberi rasa percaya diri utk membanggakan JKB dan rajin publikasi di JKB”.
“Yang lebih saya apresiasi, kini ketiga artikel tsb menjadikan saya memiliki akun scopus. Artikel saya yang lain, yang diharapkan publish di Scopus Maret ini, nggak perlu saya tunggu dengan rasa was-was… karena JKB sudah mewujudkannya. Really unpredictable and amazing for JKB”.
Bonus Scopus dan ID Scopus dari Jurnal Kajian Bali
Seorang dosen muda STAH Mpu Kuturan Singaraja, I Putu Mardika, S.Pd, M.Si., menyampaikan rasa suka cita setelah tahu namanya sudah hadir di akun scopus. Di sana tertera dua artikel.
Putu Mardika
Mardika yang awalnya adalah seorang wartawan sebelum terjun menjadi dosen di perguruan tinggi, memang senang menulis. Sejak 2019, tepatnya setelah diangkat menjadi dosen di STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Mardika mengidamkan menulis di Jurnal Kajian Bali, apalagi dia kenal baik dengan pengelolanya.
Jurnal Jurnal Kajian Bali memang sangat dikenal dengan reputasinya, yang pada saat itu sudah terakreditasi SINTA 2, dengan pimpinan editor Prof. Dr. Nyoman Darma Putra, M.Litt, yang juga sangat dikenal dengan kiprah akademiknya yang moncer.
Kemudian tahun 2021, Mardika bersama rekannya Agung Yudha Pramiswara, yang juga dosen di STAHN Mpu Kuturan Singaraja mendapat dana penelitian kompetitif yang dibiayai dari DIPA Lembaga.
“Kami meneliti tentang Tradisi Ngaga di Desa Pedawa. Luaran penelitian kami selain dibukukan juga sudah membidik agar artikel kami terbit di Jurnal Kajian Bali,” tutur Mardika
Tentu bukan hal mudah bagi pemula seperti Mardika menulis jurnal di Jurnal Kajian Bali. Proses bertahap harus dilalui mulai dari tahap submit dan review secara daring, hingga revisi melewati perjuangan yang panjang.
“Berulang kali tulisan kami direvisi oleh reviewer. Kami senang, karena dapat pembelajaran yang bermakna dalam proses menulis artikel di jurnal terakreditasi,” kenang Mardika yang disetujui oleh Agung Yudha.
Alhasil hasil riset tersebut bisa dimuat di Jurnal Kajian Bali edisi Volume 12. Nomor 1, April 2022. Artikelnya berjudul “Halangan dan Peluang Merevitalisasi Tradisi Tanam Padi Gaga di Desa Bali Kuna di Bali Utara”. Mardika dan Agung Yudha merasa senang bukan kepalang, mereka bisa punya artikel yang tayang di jurnal yang diidamkan sejak dulu.
Tahun 2022, Mardika dan Agung Yudha kembali mendapat hibah penelitian kompetitif yang dibiayai dari dana DIPA STAHN Mpu Kuturan. Mardika kembali berkolaborasi dengan Agung Yudha Pramiswara. Saat itu, kami meneliti tentang tenun ikat di Julah. Kembali kami bersepakat agar naskah kami dimuat di Jurnal Kajian Bali, dan astungkara bisa dimuat di edisi Vol.13 No 1, April 2023 dengan judul “Strategi ‘Jari Manis’: Pemertahanan Tenun Ikat di Tengah Krisis Regenerasi Penenun di Desa Julah Bali Utara”.
Belakangan, melalui status di FB-nya Prof Dharma Putra, yang diposting pada 10 Desember 2023, beliau menulis jika Jurnal Kajian Bali diterima untuk indeks Scopus. Meskipun pada saat itu masih dalam proses administrasi yang perlu dipersiapkan. Di sini Mardika merasa kian yakin, jika jurnal ini kian diperhitungkan sebagai jurnal yang bereputasi internasional.
Puncaknya, pada 5 April 2024, Prof. Darma Putra kembali memberikan kabar gembira, jika Jurnal Kajian Bali sudah terindeks Scopus. “Kabar Gembira, artikel-artikel yang dimuat di Jurnal Kajian Bali sudah muncul di Web Scopus. Bagi penulis yang artikelnya pernah dimuat di Jurnal Kajian Bali (5 th terakhir), silahkan cek akun Scopus Anda, semoga sudah bertambah jumlah dokumennya, Terima Kasih atas dukungannya untuk Jurnal Kajian Bali,” tulisnya di wall fb.
Tentu kabar ini begitu menggembirakan bagi Mardika yang artikelnya dimuat dua kali di Jurnal Kajian Bali. Mardika langsung ngecek, dan benar saja Mardika punya akun Scopus dengan dua artikel, keduanya dari Jurnal Kajian Bali.
“Ini adalah bonus yang tidak terduga bisa punya Scopus dan Scopus ID. Suksma Jurnal Kajian Bali, saya ikut mendapat manfaat yang luar biasa, tentu sangat berperan bagi karir akademik,” ujar Mardika bersyukur.
Mardika menyampaikan mahaterima kasih untuk Jurnal Kajian Bali dan kerja keras timnya. Kajian kritisnya dalam dunia akademik khususnya penulisan artikel memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan tentang Bali di Indonesia dan dunia (dp).