Jutaan warga Hindu Bali datang bersembahyang ke Pura Ulun Danu Batur dan Pura Besakih serangkaian upacara piodalan 5-26 April 2023 ini.
Upacara persembahyangan di kedua pura utama Bali ini selalu ramai setiap hari. Jalanan mendekati pura macet. Mobil dari dan menuju pura merayap pelan, terkadang berhenti total untuk beberapa saat. Tapi, kondisi ini tidak menyurutkan niat warga datang bersembahyang.
Warga menyemut keluar-masuk pura, baik di Ulun Danu Batur maupun di Pura Besakih. Kegiatan persembahyangan di kedua pura ini diatur secara tertib.
Karena ramai dan jalanan macet, diperlukan waktu panjang untuk pulang pergi ke kedua tempat itu. Kalau dari Denpasar pulang pergi bisa habis waktu 12 jam. Banyak warga mengakali untuk berangkat malam hari. Di jalanan lancar, mendekati pura, tetap saja padat.
Kami, misalnya, bersembahyang ke kedua pura tersebut, Sabtu, 15 April 2023. Kami berangkat pk. 04.30 dari Denpasar.
Kami pilih jalan lewat Sangeh, Pelaga, Jembatan Tukad Badung, Desa Catur, lalu Kintamani. Dari Ulun Danu Kintamani, kami ke Besakih. Total perjalanan adalah 12 jam lebih. Sekitar Pukul 18.30 barulah kami kembali ke Denpasar.
Kalau ke Pura Besakih, pemedek (warga) melaksanakan dua kali persembhayangan. Pertama, di pura pedharman (pura leluhur, kawitan). Kedua, di Penataran Agung Pura Besakih. Karena membludaknya pemedek, ada warga yang tidak bisa bersembahyang di pura pedharman-nya yang terasa relatif sempit dibandingkan jumpa warganya yang datang.
Lima Alasan
Setidaknya ada lima alasan mengapa begitu banyak warga mengalir ke Besakih pada upacara odalan (jatuh setiap Purnama ke-10) yang tahun 2023 jatuh pada 5 April 2023. Rangkaian upacara (nyejer) berlangsung selama tiga minggu.
Kelima alasan tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, warga ke Besakih untuk memenuhi kebutuhan akan persembahyangan karena selama tiga tahun terakhir tidak sempat ke Besakih dan juga Pura Ulun Danu Batur karena pandemi Covid-19.
Kedua, warga ingin melihat fasilitas baru di Besakih setelah mereka mengikuti berita di media massa dan media sosial. Benar, setelah mereka datang, mereka melihat banyak hal baru membanggakan terbangun di kawasan Pura Besakih. Gubernur Bali I Wayan Koster dan Wakil Gubernur Cok Acee Sukawati berhasil melakukan revitalisasi fasilitas kawasan Pura Besakih secara makro dan spektakuler.
Ketiga, untuk pengenalan pura kawitan atau pedharman (leluhur) bagi warga misalnya yang baru masuk warga suami setelah menikah. Seorang dari warga Bendesa Manik Mas, misalnya, menikah dengan suami warga Pasek, maka si istri menjadi warga sama dengan warga suaminya dan lazimnya diperkenalkan pedharman mereka di Besakih.
Keempat, selain untuk kepentingan ritual dan spiritual, warga ke Besakih juga sekaligus untuk rekreasi. Warga datang dari berbagai daerah di seluruh Bali. Sudah lama tidak ke Besakih, maka kini saatnya tangkil (datang menghadap) sambil rekreasi.
Kelima, warga datang untuk ngayah (voluntir) karena selama upacara di Besakih yang rententannya berlangsung sebulan diperlukan banyak tenaga untuk sesajen, mencipratkan air suci (tirta), menabuh gamelan, pentas topeng dan kidung, kebersihan, dan lain-lain. Banyak warga yang datang untuk ngayah itu, baik dari warga maupun wakil dari institusi pemerintah.
Penataan Makro
Gubernur Wayan Koster dan Wagub Cok Ace menyadari bahwa kawasan Pura Besakih sejak lama menghadapi berbagai masalah kenyamanan dan ketidaknyamanan. Penataan Besakih oleh para gubernur sebelumnya bersifat mikro atau parsial.
Berbagai fasilitas dibangun tetapi berbeda dengan proyek Gubernur Wayan Koster dan Wagub Cok Ace yang menata secara makro, terutama terlihat dalam tempat parkir, kawasan kios, dan fasilitas umum lainnya.
Dengan biaya hampir Rp 1 T, kawasan Pura Besakih sekarang memang tampak lain. Modern sekaligus tetap mencerminkan keagungan spiritualnya. Dana pastinya dihabiskan adalah Rp 911 miliar, dengan rincian Rp 428 miliar dari APBN Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan Rp 483 miliar dari APBD Semesta Berencana Pemprov Bali.
Dorongan dan keputusan menata kawasan Besakih datang dari Presiden Jokowi dengan memberikan instruksi kepada Menteri PUPR dan Gubernur Bali.
Presiden Joko Widodo datang saat peletakan batu pertama dan juga saat peresmian. Peresmian rampungnya proyek pembangunan Fasilitas Kawasan Suci Pura Agung Besakih, Karangasem Bali, dilakukan Senin (13/3/2023). Ini berarti hampir sebulan menjelang tibanya upacara tahunan yang jatuh pada Purnama ke-10, 5 April 2023.
Proyek pembangunan berjalan lancar. Peletakan batu pertama pembangunan dilakukan oleh Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Gubernur Bali I Wayan Koster, Rabu, 18/8/2021.
Masyarakat bisa menikmati tempat parkir mobil yang modern. Ada tempat parkir untuk bus, sepeda motor, dan mobil pribadi.
Tempat parkir sepeda motor bisa menampung 3.288 motor, sedangkan parkir mobil bertingkat 4 menampung 5.738 mobil, serta 187 unit bus ukuran sedang. Ruangan parkir cukup luas sehingga sopir mudah melakukan manuver mobil saat keluar-masuk slot parkir.
Total toilet adalah 106 buah, terdiri dari 80 buah di gedung parkir dan 26 di kawasan kios. Karena pengunjung jutaan, toilet yang disediakan oleh masyarakat juga banyak dan diperlukan oleh masyarakat.
Semua fasilitas tampak berkelas dan diharapkan tertata dengan baik secara berkelanjutan. Karena pemakai demikian banyak, tentu banyak fasilitas cepat rusak. Selain pihak pengelola menata dengan baik, masyarakat juga mesti ikut merawat fasilitas publik dengan baik sehingga semua pengunjung bisa menggunakan fasilitas yang prima.
Selama upacara April/Mei 2023, masyarakat menggunakan fasilitas tersebut dengan gratis. Warga tidak perlu membayar uang parkir. Jarak Pura Besakih dari tempat parkir sekitar 500 meter, warga bisa naik objek dengan harga Rp10 ribu, atau tersedia fasilitas bogie (kendaraan listrik) untuk warga lansia.
Selama upacara, banyak juga wisatawan asing berkunjung. Mereka membayar tiket masuk, diarahkan mengenakan sarung, dan tersedia pemandu wisata lokal.
Selain sebagai jasa ojek, pemandu wisata, warga lokal juga banyak berjualan makanan. Ratusan kedai pedagang menjual makanan, sate, nasi campur, gorengan, dan sarana upacara. Perputaran uang sangat besar di tengah kunjungan warga yang jutaan setiap hari.
Pemerintah dan pengelola juga gencar melakukan edukasi publik lewat pengeras suara yang terus-menerus menyampaikan agar warga tertib dan terutama jangan membuang atau membuang sampah plastik.
Dengan penataan kawasan suci ini, keagungan dan keanggunan Pura Besakih semakin memberikan rasa nyaman dan aman bagi masyarakat dan wisatawan (Darma Putra).