Kunjungan ke Tokyo Jepang senantiasa menyenangkan. Akhir Januari sampai awal Februari 2023, saya mendapat undangan untuk menjadi dosen tamu di Hosei University, Tokyo.
Ini adalah undangan kedua menjadi dosen tamu di Negeri Matahari Terbit ini. Undangan pertama adalah dari Toyo University, Tokyo, bulan Oktober 2019, yakni sebelum Covid-19.
Undangan kedua adalah ke Hosei University tahun 2023. Kepergian ini menjadi lawatan saya ke Jepang pertama sesudah Covid. Sebenarnya undangan ke Hosei sempat dirancang bulan September 2022, agar cuaca tidak begitu dingin. Akan tetapi, karena situasi covid belum menentu, undangan diundur.
Syukur, perjalanan Bali-Jepang kali ini lancar. Kegiatan mengajar sebagai dosen tamu juga lancar.
Walau hanya ada satu hari kosong, saya menyempatkan diri untuk sightseeing di Tokyo. Hanya dapat mengunjungi dua tempat, seperti terkisah sederhana dituturkan dengan menyenangkan berikut ini.
Kuil Meiji
Setelah seminggu fokus mengajar, saatnya rileks menikmati metropolitan Tokyo, Minggu, 5 Februari 2023. Terasa sejuk, segar, dan nyaman saat riang melenggang di Meiji Shrine, kuil yang dipadati pepohonan besar-besar dan bambu mirip rumput yang hijau memukau.
Di sini keriuhan jalan raya diganti dengan keheningan hutan yang menghembuskan vibrasi suci. Kuil yang didedikasikan untuk Kaisar Meiji ini dibangun 1920, delapan tahun setelah beliau mangkat.
Di beberapa bagian hutan kuil itu, terdapat torii, pintu masuk khas kuil. Bahannya terbuat dari kayu besar, tegak kuat, estetik, berwibawa, agung, dan anggun. Pengunjung yang masuk biasanya terlebih dahulu berhenti sejenak di depan gerbang torii, membungkuk khusyuk memberi hormat.
Identitas Jepang di taman itu tidak sajak tampak dari hutan dan kuil, tetapi juga laku para pengunjung dengan hormat membungkuk.
Sempat hancur saat Perang Dunia II, kuil ini kembali dibangun dengan menanam 100 ribu pohon yang kemudian abadi menjadi hutan kota yang banyak dikunjungi wisatawan dengan percuma alias gratis.
Anjing yang Setia
Rekreasi Minggu, 5 Februari 2023 itu juga diisi dengan mondar-mandir sekitar Tokyo. Diawali dengan naik-turun kereta sampai akhirnya turun di Shibuya tempat patung anjing sederhana Hachiko yang selalu ramai dikunjungi warga atau wisatawan.
Hachiko adalah anjing setia milik Professor Eizaburo Ueno dari Tokyo University yang setiap pagi mengantar dan menjemput Pak Prof ke/di stasiun Shibuya. Selang 5 tahun bersetia, Pak Prof meninggal di kampus, dan Hachiko tidak dapat kabar mengapa sore itu bossnya tidak pulang.
Meski dirundung duka, Hachiko tetap pergi-pulang ke stasiun, itu dikerjakan sampai 10 tahun, saat dia juga meninggal. Kematiannya menjadi berita utama di surat kabar Tokyo. Jasadnya dikubur dekat kuburan Pak Prof, sedangkan sosoknya diabadikan ke dalam patung yang legendaris dan ikonik tak hanya bagi Shibuya atau Provinsi Akita tetapi juga bagi Tokyo dan Jepang.
Belum ke Jepang rasanya kalau belum fotoan sama Hachiko atau mondar-mandir menyebrang di perempatan Shibuya yang tak pernah tak hiruk-pikuk.
Dalam kunjungan ke Jepang sebelumnya, saya sudah sempat ke kedua tempat ini, namun selalu ada yang baru dilihat di kawasan patung Hachiko dan juga di hutan suci Kuil Meiji (dp).