Wisatawan naik becak di Hanoi.

Meskipun lalu-lintas di kota Hanoi begitu padat, semrawut, dan agak polusi, wisatawan asing masih mau keliling kota naik becak meluncur dalam hiruk-pikuk.

Turis lain lalu-lalang di antara kesumpekan, atau menikmati makanan di restoran tepi jalan yang mepet dengan kendaraan yang berseliweran.

Daya tarik wisata apa sajakah yang dikunjungi wisatawan yang berlibur ke Hanoi?

Salah satu tempat populer di Hanoi adalah daerah sekitar Hoan Kiem Lake, danau di tengah kota yang berkaitan dengan mitologi abad ke-15 ketika kaisar Vietnam kembali mendapatkan pedang saktinya untuk berjuang melawan musuh.

Jembatan merah di atas danau.

Di daerah sekitar danau inilah bus-bus pariwisata mengantarkan turis mengakhiri city tour seharian. Wisatawan diajak melihat ke dalam pulau di tengah danau, di sana ada kuil untuk sembahyang, dan ada patung kura-kura raksasa yang merupakan bagian dari mitologi kembalinya pedang sakti.

Panorama di seputar danau cukup menarik, ada jembatan merah, tempat wisatawan untuk berfoto dengan latar belakang air dan tetamanan.

Suasana pasar malam di seputar danau.

Malam hari, khususnya Jumat-Sabtu-Minggu, jalan-jalan seputar danau Hoan Kiem ditutup, semacam car free night. Penutupan jalan dipakai untuk pasar malam, pusat keramaian malam.

Penduduk lokal dan wisatawan bercampur baur menikmati pentas musik, tarian jalanan, dan aneka dagangan yang menjual makanan atau suvenir. Ada juga dagang rujak, potongan buah dengan bumbu garam-cabe khas Vietnam.

Rujak Hanoi.

Kawasan danau sungguh riuh rendah malam hari di akhir pekan.

Siang hari pun tak pernah sepi. Selalu hiruk pikuk, wisatawan lalu-lalang naik becak atau melenggang ke gerai-gerai suvenir atau cafe. Sesekali, ada satu dua pedagang acung yang menguntit mereka untuk menawarkan dagangan, menambah khasnya tujuan wisata di Asia.

Suvenir Vietnam

Pariwisata Vietnam

Pariwisata Vietnam menggeliat ketika negeri ini mulai lebih terbuka dengan dunia internasional mulai sekitar akhir 1980-an. Menurut seorang pemandu wisata yang mengantar tur kami, Vietnam menerima sekitar tujuh juta wisatawan asing per tahun. Data resmi menyebutkan jumlah turis ke Vietnam tahun 2016 sudah mencapai 10 juta orang.

Jalan raya dari dak ke airport Hanoi.

Dulu kebanyakan wisatawan asing datang dari Eropa terutama Perancis, negara yang pernah menjajah Vietnam. Banyak bangunan pemerintahan dan arsitektur publik lainnya dibuat oleh dan bernuasan Perancis. Di Vietnam ada jembatan yang dirancang oleh Gustave Eiffel, perancang Menara Eiffel di Paris.

“Belakangan, banyak turis dari Asia, seperti Anda,” cetus guide kami dari APT Travel.

Menurut sang pemandu wisata, pariwisata Vietnam terus berkembang.

Ada dua destinasi populer yang dikunjungi wisatawan. Perta, city tour di Hanoi, di mana wisatawan bisa berkunjung ke berbagai tempat menarik dan bersejarah seperti pagoda, kawasan The Presidential Palace tempat President Ho Chi Minh dulu berkantor dan setelah meninggal jenazahnya disimpan di sana.

Istana Presiden, warna naga.

Di tempat ini juga ada kebun raya (botanical garden). Kalau di seputaran Hanoi yang berpenduduk 7 juta itu daerah kebanyakan gersang, di areal kebun raya ini tampak hijau lestari.

“Mausoleum tempat jenazah Ho Chi Minh disimpan tidak bisa dikunjungi sampai Desember. Bangunan sedang diperbaiki,” tambah sang guide.

Mausoleum tempat mumi Ho Chin Minh disimpan.

Tempat favorit kedua adalah Ha Long Bay, UNESCO World Natural Heritage, sekitar 175 km timur laut Hanoi. Di tempat ini, wisatawan bisa menikmati keindahan laut dengan sekitar 2000 pulau karang hijau yang menakjubkan. Cocok masuk dalam New Seven Wonders, tujuh keajaiban dunia baru (click Ha Long Bay  ).

City Tour Hanoi

Dalam liburan di Hanoi, 11-15 November 2017, kami membeli paket Hanoi City Tour, seharga US$ 37 (dari harga normal US$ 40). Harga paket tur itu sudah termasuk makan siang, tapi tanpa minuman.

Kami memesan tur di resepsion hotel. Menurut jadwal akan dijemput antara pk. 08.00-08.30 pagi. Kami pun bersiap dan akan menikmati makan pagi dengan agak santai karena cukup waktu.

Temple of Literature, universitas pertama di Vietnam, abad ke-11.

Tapi, tiba-tiba kami diberitahukan bahwa penjemputan akan dilakukan pk. 07.45, sehingga kami makan pagi jadi terburu. Setelah menunggu di lobi hotel, mobil penjemput tak kunjung datang. Kami akhirnya dijemput sekitar pk. 09.30, telat satu jam dari jadwal semula.

“Ada masalah dengan tamu lain,” tutur guide kami sekadarnya, tanpa penjelasan lebih jauh, mengapa penjemputan dimajukan dan akhirnya mengapa telat banget. Syukur acara tur tidak terpotong, artinya jadwal dan objek kunjungan terjangkau semua.

Daya tarik wisata di Kota Hanoi lokasinya berdekatan, jadi ideal untuk sebuah city tour. Hanya saja perjalanan kendaraan tidak bisa cepat karena lalu-lintas yang hiruk-pikuk, penuh kendaraan.

Wisatawan makan di restoran di tepi jalan.

Teempat yang paling banyak dikunjungi bus-bus pariwisata adalah istana kepresidenan Ho Chi Minh. Di tempat itu, wisatawan bisa melihat kamar kerja, koleksi mobil tua Ho Chi Minh. Juga ruang tidur yang beratap beton untuk menahan jika ada serangan bom.

Mobil dinas Ho Chi Minh.

Di istana kepresidenan ini ada kebun raya, yang menjadi paru-paru kota. Anek tanaman dan bunga tumbuh di sana. Juga banyak pohon jeruk (jerungga).

Ada kolam cukup luas di areal kebun raya, penuh berisi ikan warna-warni. Wisatawan senang melihatnya.

Studio Seni

Sesudah sekitar 1,5 jam berkeliling di istana dan kebun raya itu, kami diajak ke studio kerajinan seni lukis kerak telur dan bahan kerang. Di sana terdapat sejumlah seniman atau perajin yang membuat lukisan kulit telur khas Vietnam.

Suvenir seni Vietnam.

Di sini tamu-tamu diharapkan berbelanja, yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam bisnis tur tempat pemandu mungkin akan mendapatkan komisi. Terlalu lama kami di sini. Tidak ada yang bisa disaksikan selain cara membuat lukisan dan hasinya yang hanya merupakan kerajinan.

Berfoto di sana juga tidak bisa. Tidak ada latar. Mestinya waktu bisa digunakan lebih lama di tempat lain.

Museum Etnologi

Sudah sekitar siang hari, kami diajak ke Museum Etnologi Vietnam. Di dalamnya terdapat koleksi piranti kehidupan orang Vietnam, seperti bentuk rumah, alat tenun, peta bahasa, peninggalan aksara termasuk pustaka lontar mirip seperti di Jawa dan Bali.

Artefak di museum, model rumah dan lontar Vietnam.

Display koleksi di dalam museum cukup bagus. Selain ada display (pajangan) benda, artefak, juga ada video serta peta. Semuanya informatif.

Selain itu, ruangan eksibisi juga cukup luas. Pengunjung bisa duduk jika lelah berkeliling. Ada kursi tersedia beberapa untuk rehat.

Di areal museum ini, juga terdapat open door exhibition yang berisi arsitektur Vietnam kuno. Rumah terbuat dari kayu, lengkap dengan peralatan tempat tidur dan dapur. Berkunjung ke tempat ini, seperti berkunjung ke suasana Vietam tempo doeloe.

Makan Siang

Tiba waktu makan siang, kami diajak ke Butterfyl Restaurant, di tengah kota Hanoi. Di daerah ini terdapat banyak restoran dan café. Banyak wisatawan duduk di café, di tepi jalan, alias di pedestrian.

Banyak juga yang lalu-lalang atau naik turun dari taksi. Kami bisa melihat mereka dari tempat kami menikmati makan siang. Beberapa pedagang acung menawarkan suvenir, tapi sebagaimana bisa diduga, turis tak tertarik melirik.

Pedagang acung

Hidangan makan siang kami enak sekali, susunan menu lengkap dari sup sampai dessert. Semuanya enak, seperti juga makanan Vietnam yang kami nikmati di tempat lain selama liburan ini.

Hanya saja, dalam makan siang ini, minuman tidak ditanggung, bahkan air putih pun tidak. Peserta tur harus membeli minuman sendiri dengan harga agak mahal. Untuk mix juice, misalnya, tarifnya sampai 110,000 dong alias Rp 50 ribu. Beberapa tamu memilih menghemat dengan membawa air mineral yang dibagikan di dalam bus oleh tour guide.

Kopi vietnam.

 

Akhir Tur

Masih ada dua tujuan tur setelah makan siang, yaitu Temple of Literature dan Hoan Kiem Lake. Temple of Literature adalah kampus Confusius pertama, dibangun abad ke-11.

Di areal Temple of Literature.

Tempat ini banyak dikunjungi wisatawan dan juga warga lokal. Para mahasiswa banyak yang mengambil foto di sini sebelum mereka wisuda di kampusnya.

Di sini terdapat bangunan tua dan juga sebagian yang sedang dalam restorasi. Restorasi menguatkan komitmen Vietnam untuk melestariakn warisan budaya dan menjadikannya daya tarik wisata.

Tujuan terakhir tur adalah Hoan Kiem Lake, seperti sudah dituturkan di atas. Di akhir tur, wisatawan diajak kembali ke hotel, tetapi beberapa di antaranya termasuk kami berempat, turun dan berpisah di kawasan danau. Hotel kami tidak jauh dari pusat keramian Hoan Kiem Lake.

Makanan dan Harga

Makanan di Vietnam rata-rata enak, sesuai dengan selera lidah Asia. Menu khas Vietnam yang jarang dilewatkan turis adalah pho atau nodle soup.

Mie khas Vietnam, Pho.

Kami mendapat rekomendasi untuk mencari pho yang otentik, di sebuah warung tak jauh dari hotel. Tempat itu ramai sekali, sementara tempat duduk tidak banyak, maka pembeli sabar antre.

Harga semangkok pho adalah 50,000 dong alias sekitar Rp 30,000. Hidangan pho bisa ditambah sepiring roti goreng seharga Rp 5,000 dong (Rp 2,700). Hidangan ini sedap sekali.

Harga makanan jalanan atau lokal di Vietnam tergolong mmurah, hampir sama dengan harga di Indonesia. Harga sebungkus rujak yang dijual dalam keramaian pasar malam adalah Rp 25,000.

Harga hotel juga sama dengan di Indonesia. Kami menginap di dua hotel berbeda, yaitu Royal palace seharga Rp 450,000/ malam/ untuk dua orang, dan Angel Palace, harga sekitar Rp 700 ribu/malam. Kamarnya bagus sekali. Taksi dari Hanoi ke airport bayar US$ 18, yang kami pesan di hotel. Dengan tiga malam empat hari, bisa happy berlibur ke Ha Long Bay dan City Tour di Hanoi

Harga suvenir lainnya juga terjangkau. Ada banyak pilihan.

Jadi, jika siap melihat kota agak semrawut seperti Jakarta atau Surabaya, liburan ke Vietnam menarik diagendakan, apalagi bagi warga Indonesia, berkunjung ke sana tidak perlu visa (Darma Putra)