Saat terbang ke Perancis lewat Hong Kong dengan maskapai Cathay Pacific, Selasa, 13 Juni 2017, saya agak kaget melihat sejumlah penumpang yang antre dengan papan selancar gede-gede. Suasananya seperti hendak terbang ke Australia, negeri yang warganya banyak yang gemar berselancar.
Antrean panjang, dan bergerak sedikit lambat, bukan saja karena penumpangnya banyak, tetapi juga karena pelayanan check in agak lama karena petugas pasasi harus mengurus alat berselancar.
Pemandangan turis membawa papan selancar di Bandara Ngurai Rai sebetulnya tidak aneh. Banyak turis Australia yang datang dan pergi membawa surf board mereka. Di konter-konter check in pesawat tujuan ke Negeri Kanguru, antrean panjang papan selancar merupakan pemandangan yang biasa.
Begitu juga kalau check in di bandara-bandara di Australia untuk penerbangan ke Bali. Sudah pasti banyak wisatawan yang membawa papan selancar, untuk mereka gunakan menyemarakkan liburan mereka dengan bermain ombak di Bali.
Kalau mau, mereka bisa menyewa papan selancar di Bali, tetapi membawa sendiri papan kesayangan dan biasa dipakai, adalah alasan menggendongnya ke Bali. Maka jadilah suasana check in seperti suasana dekat pantai karena pemandangan piranti berselancar.
Tidak Sebanyak Biasanya
Ketika saya menyampaikan keheranan kepada petugas check in di Cathay Pacific, kok banyak turis membawa papan surfing?
Mereka dengan ramah dan tersnyum menyampaikan,”sering Pak, tetapi tidak sebanyak hari ini. Biasanya ada saja satu dua, tetapi hari ini memang agak banyak,” katanya.
Petugas tadi menambahkan bahwa wisatawan laki-laki yang membawa papan surfing itu bukan tinggal di Hong Kong tetapi Amerika.
“Last destination mereka Amerika Pak,” tambahnya menuturkan tujuan akhir penerbangan para peselancar yang bertubuh atletis itu.
Ramainya penumpang Cathay Pasific saat itu karena merupakan share code alias penerbangan bersama dengan dua maskapai lainnya yaitu American Airlines dan Japan Airlines. Ke negeri Amerika itulah peselancar terbang pualng setelah mengakhiri liburannya di Bali.
Pemandangan di depan konter penerbangan itu menunjukkan bahwa penggemar surfing di Bali tidak saja datag dari negeri dekat seperti Australia, tetapi juga jauh dari Amerika. Untuk terbang ke Amerika bisa perlu waktu 20-an jam untuk datang ke Bali.
Penggemar selancar tidak peduli jarak kiranya. Mereka sudi datang jauh mungkin karena gelombang ombak di pantai-pantai Bali demikian indah dan menantang untuk ditaklukkan dengan menari di papan selancar.
Syukurlah Bali memiliki alam yang indah terutama pantai dengan ombak yang menantang untuk peselancar dunia berdatangan terus ke Pulau Dewata.
Selain kekayaan budaya, nyata bahwa daya tarik pariwisata budaya Bali adalah aktivitas bahari. Pariwisata bahari memperkuat pariwisata budaya. Jayalah pariwisata Bali dengan aneka daya tarik! (dp)