Bandara Ngurah Rai terus berusaha untuk menguatkan citra Bali dengan memajang berbagai pernak-pernik seni Bali, baik di terminal keberangkatan domestik maupun di internasional.
Kalau di terminal keberangkatan domestik ada pajangan barong dan sesekali pementasan tari Bali secara live dengan iringan gamelan dari recorder player klick tari Bali, di terminal internasional ada pameran topeng Bali.
Entah kapan topeng-topeng itu dipamerkan di sana, yang jelas pernak-pernik seni budaya Bali itu ada sudah ada 10 Mei 2017, ketika saya melewati plaza untuk menuju ruang tunggu keberangkatan pesawat SQ ke Beijing lewat Singapura.
Lusinan Topeng
Ada lusinan topeng Bali yang biasa digunakan dalam seni pertunjukan yang terpajang di sana antara lain topeng mantri manis, topeng tua, topeng, topeng barong, wajah raksasa, topeng bercaling, topeng-topeng pengawal yang jenaka, ada juga topeng monyet, kodok.
Titik tempat pemajangan topeng itu seperti pojok sebuah museum. Topeng dipajang dalam kerangka kayu melingkar sehingga bisa dilihat dengan mudah dan dari dekat. Kecuali yang terpasang di ketinggian, agak susah ditatap.
Topeng-topeng yang dipasang di jajaran paling depan diisi dengan keterangan, nama topeng dan sedikit informasi untuk fungsinya. Pemandangannya agak menyerupai sudut pameran di museum. Hanya saja, kualitas topengnya tidak sehebat koleksi museum.
Meski demikian, keunikan dan variasi topeng yang demikian kaya yang dipajang, mampu memikat hati wisatawan yang lewat. Mereka menatap, membaca, dan juga foto bersama, atau selfi. Mungkin mereka melihat topeng itu dalam pertunjukan ketika menonton kecak atau barong, lalu melihat lagi sebelum terbang ke negerinya.
Kehadiran pameran topeng itu memberikan suasana lain dari plaza yang begitu berderet di ruang tunggu terminal keberangkatan. Kalau sering terdengar bahwa bandara tak ubahnya supermarket, penuh dengan toko dan restoran, kehadiran pameran pernak-pernik Bali itu memberikan nuansa seni lain.
Pengenalan Seni Budaya
Pameran seni seperti ini juga menjadi penawar bahwa pengelola tidak saja menyediakan ruang untuk komersial tetapi juga ruang untuk pengenalan seni budaya.
Bulan Maret 2017 lalu, di Bali berlangsung pawai ogoh-ogoh menjelang hari raya Nyepi. Patung ogoh-ogoh juga ada terpasang di terminal keberangkatan internasional. Beberapa wisatawan yang lewat juga senang berfoto menjadikan ogoh-ogoh sebagai latar belakang.
Foto-foto mereka itu bisa menjadi saran promosi, terutama jika mereka memasangnya di sosial media. Memang, fakta menunjukkan banyak sekali foto barong Bali di terminal domestik muncul di facebook dan ruang sosial media lainnya. Itulah E-WOM alias e-words of mouth yang berpromosi.
Di dinding-dinding ruang tunggu ke pesawat, dihiasi luksain Bali. Letaknya memang agak tinggi susah dinikmati dengan detil kecuali kalau mau mendongak. Meski demikian, lukisan-lukisan di dinding bangunan itu pasti mampu menyajikan pesona khas Bali dalam tatapan mereka ketika menunggu panggilan boarding, agar penantian tidak terasa begitu membosankan.
Walaupun lukisan-lukisan yang dipasang bukan yang kelas satu, toh kehadiran sekian banyak lukisan Bali itu bisa memberikan ciri khas Bandara Ngurah Rai dengan karya seni lokal, dengan tema lukisan seni dan kehidupan budaya Bali.
Wisatawan yang melenggang menuju ruang tunggu tidak saja dianggap sebagai calon pembeli tetapi juga insan yang mungkin tertarik ada seni dan budaya.
Ketika Bandara Ngurah Rai hasil renovasi tahun 2013 rampung, menjelang Bali menjadi tuan rumah KTT APEC, sempat terlontar sejumlah kritik bahwa arsitektur dan suasana umum Bandara kurang kuat mencerminkan suasana Bali.
Penataan interior dengan pernak-pernik Bali di sana-sini bisa dilihat sebagai usaha untuk menguatkan kesan Bali dan Bandara Ngurah Rai. Untuk itu, usaha memperkuat suasana Bali yang sudah dan terus dilakukan pengelola bandara, patut disambut.
Bali memiliki khasanah seni yang banyak dan selalu ada hal yang bisa dipamerkan di ruang tunggu terminal keberangkatan. Wisatawan yang menikmati akan masih merasa berlibur di Bali walau sesaat lagi mereka akan berangkat.
Bagaimana pun, bandara adalah tempat terciptanya kesan pertama dan terakhir untuk destinasi Bali. Kesan menyenangkan akan membuat orang bersikap positif pada daerah tujuan wisata Bali, dan siapa tahu mereka mau berpromosi dengan menyebarkan E-WOM yang indah dan setia datang kembali ke Bali (Darma Putra).