Mawar mekar di media jalan kota Beijing, 12 Mei 2017 (Foto-foto Darma Putra).

Beruntung rasanya berkunjung ke Beijing pada musim semi. Selain udara tidak terlalu panas, juga bunga-bunga musim semi bermekaran.

Keindahan bunga-bunga mekar sudah terlihat indah sejak di tepian jalan metropolitan Beijing. Ketika berlibur di kota ini 10-14 Mei 2017, saya tak henti merasa kagum atas penataan kotanya yang kian asri. Beijing pun tampak clean and green.

Suasana ini kontras sekali dengan memori saya ketika berkunjung ke Beijing tahun 1997 sebagai wartawan untuk meliput PATA Conference. Waktu itu, memang sih sudah agak lama yakni 20 tahun berlalu, suasana kota Beijing tampak semrawut.

Sepeda, taksi, kendaraan umum, kendaraan pribadi lalu-lalang. Semua bergerak, merebut jalur, saling-silang sehingga jauh dari teratur. Waktu itu, seingat saya banyak kendaraan yang tua-tua.

Seiring perjalanan waktu, kota Beijing yang berpenduduk sekitar 20 juta ini, terus berbenah diri. Usaha pemerintah Cina mempercantik kotanya sangat gencar menjelang pelaksanaan Olimpiade tahun 2008.

Sejak itu, dan tahun-tahun kemudiannya, usaha mempercantik kota terus berlanjut. Beijing sering menjadi tuan rumah pertemuan internasional. Menampilkan kota cantik adalah idaman tuan rumah yang baik.

Kendaraan pribadi dan umum yang lalu-lalang pun tampak muda-muda usianya. Merknya hebat-hebat seperti Audi, VW, Honda, Jaguar, dan BMW. Mobil mewah dan jalanan mulus pas nyambung dengan jalan-jalan yang tepiannya berhiaskan mawar mekar.

Tak Hanya di Jalan Utama

Tak hanya di jalan-jalan utama, mawar berjejer indah di tepi atau media jalan. Mawar bersemi juga tampak sampai ke pinggiran Beijing.

Ketika kami bertolak dari pusat kota Beijing menuju Summer Palace yang jaraknya sekitar 17 km, jajaran bunga mawa di tepi atau media jalan juga tampak indah dan serasa mewangikan pesona Beijing. Beijing tampak bersemi di musim semi.

Mawar bermekaran sampai menuju Summer Palace.

Median jalan di Beijing cukup lebar, mungkin sekitar 1,5 – 2 meter. Hiasannya tak hanya bunga mawar, tetapi juga cemara. Mawar jelas ditanam sudah agak lama. Terlihat dari pohonnya yang sudah tumbuh dan berbunga banyak.

Sementara itu, pohon cemara-kecil tampak belum lama lalu ditanam. Pot-nya belum hancur benar. Daunnya belum hijau segar. Meski demikian, sudah ikut mempercantik pesona kota Beijing.

Pepohonan juga banyak ditanam di Beijing. Kesan kota polusi mulai terhapus. Penataan tampak terus berlanjut. Green belt atau sabuk hijau dibuat di banyak tempat. Tak lama lagi, mungkin Beijing akan seperti kota-kota dunia lain yang hijau.

Bunga-bunga di sekitar Tiannamen Square, depan Forbidden City.

Sementara ini, semperti penuturan pemandu wisata kami, yang sulit dilihat di Beijing adalah langit biru. Mungkin asap pabrik di seluruh Cina membuat langit pucat-pasi, tak pernah tampil dengan warna biru cerah.

“Di Jakarta yang padat begitu saja kita masih bisa menatap langit,” ujarnya, sambil mengatakan rindu akan Jakarta, setelah hampir tiga tahun belajar dan bekerja di Beijing.

Mawar dan Gedung

Memang mawar tidak ditanam di setiap sisi jalan. Memang mawar tidak mampu menandingi gedung atau apartemen yang menjulang begitu banyak untuk kantor dan rumah tempat tinggal bagi 20 juta penduduk.

Tapi kehadiran mawar dan tanaman perindang serta penghias di tepian dan median jalan membuat perangai Beijing bertambah ramah, dari apa yang carut-marut dan cemberut dalam memori saya saat berkunjung ke kota ini 20 tahun.

Hijau bersanding dengan apartemen dan gedung tinggi.
Indah mawar dari balilk jendela kendaraan.

Penataan kota Beijing juga terlihat dari bebasnya pedagang acung. Dulu, di sekitar Forbidden City, masih terlihat pedagang acung. Kini, tak ada lagi.

Di objek wisata lain pun, seperti Summer Palace, kerapian tertata, dan pedagang acung tidak ada sama sekali.

Leyapnya kekumuhan, absennya pedagang acung, bermekaran mawar dan bunga-bunga serta pepohonan lainnya yang hijau-hijau, membuat pesona clean and green. 

Beijing kian memukau. Beijing kian berseri (Darma Putra).