Warung nasi campur ayam Men Weti di Pantai Sanur, Bali, tak pernah tak ramai. Pengunjung selalu berjubel, dan mereka sabar menanti layanan untuk menikmati nasi ayam lezat nikmat Men Weti.
Saya sudah beberapa kali menikmati nikmat lezat nasi ayam men Weti. Lezatnya tetap mantap. Antrean panjang pelanggan adalah bukti kelezatan nasi Men Weti tiada tara (sama lezat, baca juga Warung Adi).
Saat datang Sabtu, 24 Desember 2016, dalam suasana liburan Natal, situasi ramai mengantre di depan warung sudah terlihat. Pemandangan demikian sudah sering saya lihat, setiap saat ke pantai Sanur untuk santai atau jogging.
Kadang antrean panjang itu mengurungkan niat untuk makan, karena khawatir akan lama menunggu, tak kebagian giliran. Maklum, antrean di warung gaya tradisional ini tidak pakai nomor. Jika ada pelanggan lokal yang kenal, dari jauh memesan sudah bisa mendapat lebih dulu.
Sejak adanya Go-jek untuk makanan, pemandangan driver gojek antre menjadi hal biasa di warung sederhana ini. Kerumunan bertambah, antrean pun jadi sedikit panjang.
Tapi, jika diperhatikan waktu menanti dari antrean tak tentu itu maksimal 15 menit. Demi selera, durasi menanti itu tak seberapa lama.
Sejak Pertengahan 1970-an
Men Weti merintis jualan nasi ayam sejak tahun 1976. Dekade 1970-an, pariwisata Sanur belum seramai sekarang. Tapi, kesungguhan berjualan membuat dia berhasil bertahan sampai sekarang.
Hampir lima dekade berjualan nasi campur khas Bali, Men Weti berhasil menemukan resep memasak untuk cita rasa yang pas pada pelanggannya. Cita rasa itu pula yang membuat warungnya terkenal dan senantiasa dicari. Pelanggannya lintas generasi, juga wisatawan dari berbagai daerah.
Warung tempatnya berjualan dulu di-share memakai dengan pedagang sate dan gulai kambing. Pagi untuk jualan nasi campur, siang untuk sate dan gulai kambing.
Sate dan gulai itu pun laris sama larisnya dengan hidangan Men Weti. Tentu saja bukan karena tempatnya yang strategis tetapi karena menunya lezat.
Kini usahanya dilanjutkan oleh keluarganya. Foto Men Weti sebagai perintis terpasang besar di dinding belakang warung, terlihat jelas oleh pelanggan yang belanja.
Memang Lezat
Rasa nasi ayam Men Weti memang lezat. Banyak yang memuji kehebatannya di TripAdvisor dengan berbagai label seperti nasi khas Bali, nasi asli Bali, amazing taste (rasa yang luar biasa), ada juga yang menyebutnya sebagai ‘best Balinese breakfast’ (makanan Bali yang baik untuk sarapan).
Seorang penulis bernama Dewi, menorehkan kesannya di TripAdvisor tertanggal 11 Mei 2016 demikian:
This is definetely a must try authentic balinese nasi campur. It’s a lot of varietes in one plate, if you can handle the spicy food, this one should be on your list. They have balinese style spicy chicken, fried chicken, fish with sambal matah, mix veggie with coconut shredded and balinese spice, boiled egg with red sauce, chopped chilli mix…”
Artinya kurang lebih: Ini adalah nasi campur Bali yang harus dicoba. Ada banyak menu di piring, kalau Anda bisa menghadapi makanan pedas, ini harus ada dalam daftar (yang mesti dicoba). Warung ini menyajikan lauk ayam Bali pedas, ayam goreng, ikan dengan sambal mentah, sayur campur dengan urap kepala parut dan bumbu Bali, telur rebus dengan saos merah, campuran cabe potong…”
Perlu ditambahkan bahwa di menu Men Weti juga ada sate lilit ayam dan kulit ayam goreng yang renyah. Juga kacang goreng yang garing dan gurih. Semuanya nikmat, dan nikmat dalam paduan nasi campur ala Men Weti.
Pembuat lezat menu nasi Men Weti adalah kaldu ayam yang penuh aroma, rasanya kuat. Walau menanti dalam durasi yang tak tentu, setiap pelanggan tampak sabar, jauh-jauh datang tak mau kalah dalam antrean.
Ketika saya datang sehari menjelang Natal, antrean di depan meja hidangan mencapai 20 orang, sementara yang duduk menikmati hidangan di meja atau kursi di sepanjang trotoar sebelahnya sekitar 30 orang.
Ada empat orang yang melayani pembeli yang bekerja efektif. Dua orang yang menyediakan nasi, seorang menyajikan hidangan merangkap kasir. Siapa saja bisa menjadi kasir. Satu orang membersihkan dan mencuci piring dan melayani order minuman. Minuman yang ada antara lain teh, es teh, air mineral tawar/ dingin.
Harga Seporsi
Harga satu porsi nasi adalah Rp 25,000. Satu porsi plus satu air mineral, dikenakan Rp 30,000. Banyak juga yang memesan nasi bungkus untuk porsi Rp 20,000 atau Rp 15,000 (porsi anak-anak).
Jika dilihat dari keramaian pelanggan, kiranya bisa diprakirakan bahwa warung sederhana ini bisa menjual antara 400-700 porsi sehari, mungkin lebih saat akhir pekan. Ruang parkir di Jalan Segara selalu penuh, sebagian pengunjung warung nasi ini.
Pelanggan yang datang berlatar belakang beragam dilihat dari penampilannya. Ada yang hadir dengan pakaian olah raga berarti mereka usaia jogging mungin di pantai Sanur atau tempat lain; ada yang berkelompok dengan pakaian seragam berarti mereka adalah karyawan yang siap ke tempat kerja; ada juga yang hadir dengan pakain santai berarti mereka khusus datang ke Men Weti untuk sarapan sebelum atau setelah aktivitas lain.
Waring Men Weti biasanya buka mulai 07.30, kira-kira pk. 10.00 sudah tutup. Namun, saat datang 24 Desember 2016 dengan sengaja, saya lihat stok hidangan lauk dan nasi tampak banyak, sampai pk. 10.00, Men Weti masih bisa melayani pembeli.
Sebaiknya memang datang lebih awal, kalau takut antre lalu datang lebih siang, bisa jadi tidak kebagian kelezatan nasi ayam Men Weti.
Seorang penulis komen di TripAdvisor bahkan menyarankan datanglah 06.30, sebelum warung buka. Ini saran yang baik karena warung Men Weti ini memang tak pernah tak ramai.
Popularitas warung nasi ayam campur Men Weti tak hanya tersiar di blog, tulisan di sosial media, tetapi juga telah menjadi kajian akademik. Sudah ada yang mengangkatnya sebagai bahan studi untuk artikel jurnal dan bahan disertasi yang melihat peran perempuan dalam usaha kuliner yang menunjang pembangunan pariwisata berkelanjutan di Bali.
Perempuan Bali lain dalam jajaran ‘srikandi kuliner Bali’ antara lain Men Tempeh (betutu Gilimanuk), Bu Mangku (nasi ayam kedewatan), Made Masih (Made’s Warung di Kuta, Seminyak), Bu Oka (babi guling Ubud), Bu Buleleng (catering), dan AA Raka Sueni (Bebek Bengil Ubud). Skala besar atau kecil, tampaknya usaha mereka stabil dan berkelanjutan (Darma Putra).
Note: Men Weti meninggal Selasa, 4-4-2017, sehari sebelum Galungan. Kabar duka itu muncul di FB dan Instagram.
Banyak yg menyampaikan rasa duka cita di media sosial. Dari berbagai penjuru. Tidak mengherankan karena pelanggannya dari berbagai kota di Indonesia.
One thought on “Tak Pernah Tak Ramai: Warung Nasi Campur Men Weti di Pantai Sanur”