Lukisan Baligrafi karya maestro Nyoman Gunarsa
Selamat datang BALIGRAFI
Tulisan ini mengisahkan asal-usul kelahiran istilah Baligrafi yang digunakan sebagai istilah kaligrafi khas Bali. Istilah Baligrafi lahir 1 Juli 2013 dalam suatu pertemuan di Museum Seni Lukis Klasik Nyoman Gunarsa, Klungkung.
Pertemuan itu dalam rangka membahas pelaksanaan The International Festival of Balinese Language yang pertama, yang digagas oleh maestro seni lukis Nyoman Gunarsa. Yang hadir Nyoman Gunarsa, I Nengah Medera (ahli sastra Jawa Kuna), I Nyoman Darma Putra (budawayan), I Made Sujana (dari IHD Denpasar), Nala Antara (dosen Sastra Bali Unud), AA Temaja (seniman drama gong, dalang, topeng), Gde Gita Purnama (Aliansi Peduli Bahasa Bali), dan beberapa teman lain yang menyusul.
Festival Internasional bahasa Bali rencananya dilaksanakan 8-30 November 2013, untuk memeriahkan World Cultural Forum 2013 yang direncanakan akhir November di Nusa Dua.
Rapat diawali dengan coffee morning. Kami ngobrol tentang berbagai hal dan bergurau tetapi juga serius ketika sampai pada hal-hal yang berkaitan dengan program, bentuk, dan isi festival.
Nyoman Gunarsa sejak awal ingin memasukkan seni kaligrafi ke dalam Festival Bahasa Bali dalam bentuk pameran lukisan. Ide memasukkan kaligrafi aksara Bali ke dalam festival tentu amat cocok karena merupakan salah satu bentuk memuliakan aksara Bali ke dunia seni lukis dan kemudian kehidupan sehari-hari.
Selain itu, juga karena Bali sampai sekarang sepertinya belum memiliki seni kaligrafi Bali yang jelas mawujud, padahal dunia seni lukis Bali sudah maha-berkembang sejak lama.
Lalu saya bertanya, apakah kira-kira istilah yang cocok untuk ‘kaligrafi’. Sejauh ini di Indonesia, kaligrafi identik dengan seni visual huruf Arab, identik dengan Islam. Padahal, secara umum, kaligrafi adalah seni universal, yang berkembang baik di Cina, Jepang, dan negeri Barat dengan menggunakan aksara sebagai dasar kaligrafi.
Bali memiliki tradisi seni lukis yang panjang dan memiliki aksara, namun belum ada istilah untuk kaligrafi aksara Bali.
Saya berfikir alangkah baiknya Festival Bahasa Bali ini juga berhasil menciptakan istilah, atau merumuskan konsep, sebagai tanda kreativitas dan kemudian menjadi landasan berkarya.
Pertanyaan itu, menurut teman-teman yang hadir, sudah sering ditanyakan, sudah beberapa kali dibahas. Beberapa istilah pernah diusulkan untuk padanan konsep ‘kaligrafi’ seperti ‘ngreka aksara’ (mereka-reka huruf), ‘aksara yantra’ atau ‘yantra aksara’, ‘rerajahan’ (berkonotasi magis), atau ‘modre’ (bersifat sakral).
Mungkin istilah-istilah itu bisa mewakili sebagian dari konsep ‘kaligrafi Bali’, tetapi menurut saya kurang populer, atau sulit dipopulerkan.
Lalu saya sarankan istilah ‘Baligrafi’ (tulisan Bali indah) dengan pertimbangan cepat berikut ini.
Pertama, istilah ‘Baligrafi’ mewakili konsep ‘kaligrafi Bali’, yaitu memvisual-arts-kan huruf/aksara Bali dalam bentuk lukisan atau seni rupa lainnya secara estetis.
Kedua, istilah Baligrafi mirip tapi beda dengan ‘kaligrafi’ sehingga mudah diperkenalkan.
Ketiga, istilah ini dengan mudah dapat dipopulerkan.
Keempat, Bali telah merupakan ‘brand’ jadi tidak apa-apalah kalau kita juga menggunakan untuk maksud yang tepat sebagai langkah untuk memuliakannya.
Saran ini bisa diterima. Pak Nyoman Gunarsa dan teman-teman seperti puas dengan istilah baru yang cukup ‘keren’.
Setelah itu, hadir beberapa teman lain termasuk Wayan Madra Aryasa (seniman/budayawan) dan Ida Rsi Agung Wayadya Suprabu Sogata Karang (nama sebelumnya I Gusti Bagus Sudhyatmaka Sugeriwa, jabatan terakhir Kepsta RRI Denpasar). Mereka pun implisit menyetujui nama Baligrafi.
Istilah ‘Baligrafi’ kemudian kami pilih sebagai kata kunci tema Festival Bahasa Bali.
Untuk melengkapi proses kelahiran istilah ‘Baligrafi itu’, maestro Nyoman Gunarsa lalu meresponnya ke dalam kanvas, seperti ilustrasi di awal tulisan ini.
Tentu saja karya Nyoman Gunarsa yang menjadikan huruf ‘Ong Kara’, simbol Tuhan, ini hanya salah satu bentuk kreasi Baligrafi. Seniman lain, seperti pelukis dan pemahat, memiliki kreativitas luas untuk menciptakan Baligrafi.
Pendek kata, konsep atau istilah Baligrafi kini telah lahir dan terbuka bagi pelukis atau perupa untuk meresponnya ke dalam kreasi masing-masing.
Kau hadir tepat 1 Juli 2013. Selamat datang BALIGRAFI.
(I Nyoman Darma Putra)