Selasa, 10 Pebruari 2009
Queensland — Bencana kebakaran semak belukar terburuk dalam sejarah Australia yang menelan banyak korban jiwa dan kerugian harta benda menyentuh hati seorang akademisi Indonesia, I Nyoman Darma Putra, PhD. Ia mengungkapkan empati mendalamnya bagi para korban melalui puisi berjudul “Kinglake”.

Dalam puisinya itu, Darma Putra tidak hanya membawa imaji pembacanya kepada kepedihan korban yang kehilangan jiwa, harta dan ekologi tetapi juga mengingatkan kembali orang Indonesia pada kebajikan yang pernah diberikan Australia kepada para korban bencana tsunami di Aceh dan Nias enam tahun lalu.


“Saya menyaksikan sendiri di layar tivi bagaimana besarnya skala bencana ini. Jumlah korbannya sudah mencapai 173 orang dan saya menyaksikan bagaimana orang-orang yang selamat dari bencana ini tidak lagi memiliki rumah. Mereka pun kehilangan sanak keluarga. Semua itu menimbulkan rasa haru,” katanya.Dosen Universitas Udayana Bali yang sedang mengikuti program paska-doktoral di Universitas Queensland ini lebih lanjut mengatakan, ia teringat ketika ikut dalam tim liputan “Australian Broadcasting Corporation” (ABC) meliput bencana tsunami di kota Banda Aceh dan sekitarnya tahun 2004-2005.

“Saya menyaksikan sendiri betapa cepatnya bantuan Australia datang dan bagaimana ketulusan tentara-tentara Australia yang ikut dalam misi kemanusiaan membantu meringankan beban warga Banda Aceh dan sekitarnya yang kehilangan segalanya,” kata Darma Putra.

“Saya akan merasa bangga kalau bantuan semacam itu bisa diberikan Indonesia kepada Australia yang sedang mengalami bencana besar sekarang ini.”

Australia selama ini telah banyak membantu Indonesia di bidang pendidikan, ekonomi dan bidang-bidang lain, termasuk bantuan kemanusiaan bagi para korban bencana alam di Tanah Air.

“Belum tentu Australia menerima uluran tangan kita tetapi mengekspresikan keinginan untuk membantu adalah hal yang mulia,” katanya.

Darma Putra mengatakan, ia memberi judul puisinya “Kinglake” karena kota kecil di utara Melbourne itu merupakan daerah terparah dalam bencana kebakaran semak belukar yang terjadi sejak akhir pekan lalu.

Di Kinglake itu, lebih dari 500 rumah hancur dan sedikitnya 29 orang warganya, termasuk mantan pembaca berita Stasiun TV “Saluran Sembilan” Brian Naylor dan istrinya, tewas terbakar.

Kinglake
 
Rumah-rumah terbakar
penghuninya terkapar
181 lebih direnggut maut
tapi pohon-pohon sekitar
mengapa bisa tetap tegar?

Lidah api Kinglake
sudikah benar membakar
semangat kami merasakan derita
mereka yang papa
di Kinglake Victoria?
 
Ketika gempa bumi tsunami
meluluh-lantakkan negeri serambi 
saat kami masih gagap
gugup jauh dari sigap
mereka datang, meloncat tegap
memikul sedih dan perih 
putra putri serambi tanpa pamerih

Lidah api Kinglake
berapa kemarau lagi kau butuhkan
mengasah nurani merah putih merasakan sedih
mereka?

Brisbane, 9 Februari 2009

Source: http://rnasution.blogspot.com/