Sumber: http://rnasution.blogspot.com/

Garuda Indonesia sudah saatnya memperbanyak penerbangan dari kota-kota utama Australia ke Bali, termasuk Brisbane, karena Pulau Dewata itu masih diminati para wisatawan muda dan lanjut usia negara itu, kata seorang pengamat pariwisata Bali di Brisbane, Australia, Kamis.

“Orang-orang muda Australia ke Bali untuk ‘surfing’ (berselancar) dan ‘have fun’ (bersenang-senang), sedangkan wisatawan Australia yang berusia lanjut, seperti para pensiunan yang punya banyak uang tapi tidak lagi mampu terbang jauh-jauh, seperti ke Eropa dan Amerika, memilih Bali sebagai tempat berlibur karena jam terbangnya yang relatif pendek,” kata Dr.I Nyoman Darma Putra.

Penulis buku “Tourism, Development and Terrorism in Bali” bersama Prof.Michael Hitchcock (London, Ashgate, 2007) itu mengatakan, sebagai maskapai penerbangan nasional terpercaya, Garuda Indonesia sudah sepatutnya menangkap peluang pasar ini dengan memperbanyak rute penerbangannya dari kota-kota penting Australia, termasuk Brisbane, apalagi maskapai penerbangan nasional Australia, Qantas, sudah “memotong” penerbangannya ke Bali.

Dia mengatakan bahwa dalam berbagai kesempatan, ia sering bertemu orang-orang Australia berusia lanjut yang menanyakan ketidakhadiran penerbangan langsung Garuda dari Brisbane ke Denpasar, Bali.

Alasan utama kebanyakan orang Australia berusia lanjut yang ingin berlibur ke Bali itu adalah karena sebagai daerah tujuan wisata internasional, Bali dapat ditempuh dalam waktu terbang yang relatif pendek.

Selain itu, mereka yang umumnya berkecukupan dari segi materi ini tidak hanya memilih Bali sebagai tempat berlibur terbaik mereka tetapi mereka juga merupakan tipe orang yang memiliki keinginan untuk membantu panti asuhan dan masyarakat kurang mampu, kata Darma Putra.

“Jadi tujuan mereka tidak lagi sekadar berlibur,” katanya. Di antara warga Australia berusia lanjut yang pernah ditemuinya itu ada yang bekerja sebagai konsultan keuangan. Dia mengaku tidak lagi mampu terbang jauh namun tetap memiliki hasrat yang kuat untuk terus berlibur, katanya.

Kehadiran kembali Garuda Indonesia di Brisbane misalnya dapat mengisi kekosongan penerbangan yang ditinggalkan Qantas setelah naiknya bahan bakar minyak (BBM).

Langkah Garuda memperbanyak rute penerbangannya dari kota-kota utama Australia ke Bali itu juga akan sangat membantu kemajuan industri pariwisata Indonesia, khususnya Bali, katanya menambahkan.

Sejauh ini, Garuda melayani penerbangan Darwin-Denpasar-Jakarta, Sydney-Denpasar-Jakarta, Melbourne-Denpasar-Jakarta, dan Perth-Denpasar-Jakarta. Garuda menutup rute penerbangannya dari Brisbane ke Denpasar sejak awal 2007.

Beberapa kalangan menyebutkan bahwa penghentian penerbangan Garuda ke Denpasar dari Brisbane sejak 13 Januari 2007 itu terbukti berdampak buruk pada daya saing pariwisata Indonesia, khususnya Bali.

Operator “Student Flight” di kawasan St.Lucia, Andrew Ellison mengatakan, sejak Garuda Indonesia menghentikan rute penerbangan langsungnya itu, para turis Australia dan mancanegara dari Brisbane cenderung lebih memilih berwisata ke Bangkok, Thailand, daripada Bali.

“Bagi para turis `back packer` (turis dengan kantong mahasiswa.red) lebih murah berlibur ke Thailand daripada Bali akibat tak adanya lagi penerbangan langsung Garuda Indonesia ke Denpasar dari Brisbane. Mereka yang ingin ke Bali harus terbang lewat Sydney atau Darwin,” katanya.

Kondisi ini sangat tidak praktis karena mereka harus mengeluarkan uang setidaknya 1.200 dolar Australia untuk penerbangan (pulang-pergi). Dengan biaya tiket sebanyak itu, berlibur ke Bangkok, Thailand, justru lebih murah.

Ketika Garuda masih melayani rute penerbangan langsung Brisbane-Denpasar, tiket PP maskapai penerbangan ini tergolong “murah”, yakni hanya sekitar 500 dolar Australia, katanya.

Sepanjang 2007, jumlah wisatawan Australia yang berkunjung ke Indonesia, terutama Bali, tercatat sebanyak 314.432 orang. Jumlah itu ditargetkan naik menjadi 380 ribu orang sepanjang Tahun Kunjungan Wisata Indonesia 2008.