Politik adalah bagian dari kebudayaan tetapi karena dominannya justru kebudayaan-lah yang berada dalam kuasa politik. Oleh karena itu, pemahaman atas kebudayaan akan lebih realistik dan mendalam jika dilihat bukan semata-mata sebagai warisan nilai-nilai luhur dari masa lalu tetapi sebagai arena pertarungan kepentingan antara berbagai kelompok untuk bisa menjadi dominan.

   Buku ini berisi uraian tentang besarnya pengaruh politik dalam kebudayaan Bali. Topik-topik yang dibahas antara lain: Pengaruh perubahan politik terhadap perkembangan lagu pop Bali; Konflik kebudayaan antara LKN/PNI dengan Lekra/PKI tahun 1950-1965; Identitas etnik lewat politik Ajeg Bali di antara nasionalisme; Pengalaman panjang Bali memupuk spirit multikultural sebagai fondasi toleransi; Solusi pembangunan Bali menghadapi dampak pariwisata, riuh demokratisasi, dan ancaman terorisme.

 Pendek kata, buku ini membuka jalan untuk memahami secara lebih tajam dinamika kebudayaan masyarakat Bali di tengah-tengah kian besarnya intervensi dan kuasa politik!  Apa komentar Komjen Pol Drs. Made Mangku Pastika, M.M., Prof I Gde Pitana, dan Dr Thomas A Reuter?

 Buku ini menyajikan kajian tentang gairah masyarakat Bali mengokohkan jati dirinya dalam menghadapi persoalan yang ditimbulkan oleh perkembangan pariwisata, demokratisasi, dan terorisme. Isinya ibarat potret Bali yang dijepret oleh seorang intelektual Bali dengan positive thinking!

Komjen Pol Drs. Made Mangku Pastika, M.M., Mantan Ketua Tim Multinasional Investigasi Bom Bali 2002, Gubernur Bali (2008-2013) 

Bali adalah mata air yang tiada pernah surut di dalam memberikan inspirasi berbagai karya dalam khasanah sosial-budaya. Buku yang ditulis oleh Darma Putra ini adalah salah satunya, yang mencoba mengkorelasikan antara politik, pariwisata, lagu pop Bali, dan identitas etnis (kebalian). Buku ini sangat inspiring, yang wajib dibaca bukan saja oleh setiap orang yang ingin tahu lebih dalam tentang Bali, tetapi juga oleh mereka yang ingin melihat fenomena sejenis pada etnis lain.

I Gde Pitana, Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana 

One of the untold tales of modern Bali is the story of the artists and writers involved in the rise and fall of a left-wing movement between 1950 and 1966. In one chapter in this book, Darma Putra illustrates in detail how both right- and left-wing Balinese artists at the time employed literary works as a vehicle for the promotion of political ideologies, and used political ideologies, in turn, as idioms for reflecting on Balinese society and its conflicts.

Thomas A Reuter, The author of Custodians of the Sacred Mountains: Culture and Society in the  Highlands of Bali (2002)