“Jarang suatu tempat diwacanakan secara sedemikian kuat dan normatif seperti Pulau Bali, hingga terkonstruksi suatu pandangan tentang kebudayaan dan masyarakat itu yang, meskipun jauh dari situasi sesungguhnya, dianggap lebih “nyata” dari kenyataan itu sendiri dan bahkan lambat-laun menjadi bagian tak terpisahkan dari kenyataan”.
Jean Couteau, dalam kata pengantar kumpulan cerpen Samsara karya Putu Fajar Arcana (2005:vii-viii)