Pak Dr. Nyoman Madiun saat menjadi moderator dalam seminar di Prodi Magister Kajian Pariwisata Unud, 2015 (Foto Ary Bestari).

Sosok cerdas, simpatik, humoris, dan santun, Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc., telah meninggalkan kita bersama. Semua kawan dan koleganya, di kampus, di kalangan profesional industri pariwisata, pemerintahan, dan masyarakat merasa sangat kehilangan.

Kabar meninggalnya Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc. (1953-2016) sangat mengejutkan banyak orang. Beritanya mengagetkan, membuat banyak kawan-kawannya tidak percaya, dan ragu meneruskan kabar sebelum mengecek ulang. Orang bertanya Pak Madiun yang selalu cerah, periang, apakah benar pergi begitu cepat?

Ini bunyi pesan yang beredar, Sabtu, 11 Juni 2016, pk. 09.06: “Berita duka..pak Madiun sdh meninggalkan kita selamanya tdi pagi, krn Kanker Getah Bening…moga arwah beliau diterima.disisi Nya”.

Dr. Nyoman Madiun, M.Sc.

Berita duka itu saya dapatkan pertama lewat di WA Group Badan Promosi Pariwisata Denpasar (BPPD), di mana Pak Madiun dan saya menjadi pengurus dari unsur akademisi. Ketua BPPD Denpasar adalah Ida Bagus Gede Sidharta Putra, pemilik Santrian Group Sanur. Kawan-kawan di BPPD Denpasar juga kaget, berdoa agar ‘Amor ring Acintya’, agar menyatu dengan Tuhan.

Duka Menggema

Makin siang, makin jelas kabar itu, dan rasa duka menggema dari berbagai penjuru sukma kawan-kawan dan murid-murid Pak Madiun. Foto Pak Madiun yang menampilkan wajah tampan, manis, rendah hati, dan santun beredar di FB. Beberapa mahasiswanya memasang juga foto kenangan dengan pak Madiun sebagai profile picture di BBM dan WA.

Pak Madiun aktif dalam banyak organisasi dan kegiatan yang berkaitan dengan kepariwisataan dan seni budaya, seperti menjadi juri lomba jegeg bagus di berbagai tempat dan jenjang.

Dia aktif di Bali Tourism Board/ GIPI, dan sering mendapat tugas menjadi moderator. Kemampuan komunikasi dan bertutur secara humoris membuat situasi seminar atau konferensi yang dimoderatorinya menjadi riang dan hidup.

Orang menghormati dan menikmati kelebihan Pak Madiun di forum atau podium. Ucapan duka-cita menggema dari berbagai kota seperti Jakarta, Bandung, Yogya, di mana Pak Madiun dikenal sebagai bagian dari networking-nya lewat WA Group.

Pariwisata dan Budaya

Pak Madiun adalah mantan Ketua STP Nusa Dua Bali, dan dosen senior di sana. Di sekolah pariwisata ini dia mengabdi sejak awal berkarier menjadi dosen. Selain itu, dia juga mengajar pariwisata di berbagai kampus, baik untuk tingkat sarjana maupun untuk master dan doktor, di Bali dan luar Bali, seperti STP Trisakti, Unud, STIMI Handayani Denpasar.

Pak Madiun adalah alumni Fak Ekonomi Unud, menempuh program master di Surrey University, Inggris, 1993, bidang tourism planning and marketing, sedangkan gelar doktor diraihnya di Prodi doktor Kajian Budaya di Universitas Udayana, dengan disertasi tentang BTDC Nusa Dua. Disertasinya sudah terbit menjadi buku berjudul Nusa Dua: model pengembangan kawasan wisata modern (2010), diterbitkan Udayana University Press.

Buku karya Dr. Nyoman Madiun.

Buku ini menjadi rujukan penting bagi peneliti berikutnya tentang Nusa Dua. Bagi yang meneliti mengenai topik partisipasi masyarakat dalam pembangunan masyarakat, bukunya juga banyak dirujuk.

Pak Madiun senang sekali bisa menyelesaikan studi doktornya di Kajian Budaya. Dia merasakan ilmunya menjadi lebih lengkap dari ilmu terapan pariwisata dan hospitality berkombinasi dengan ilmu dengan teori kritis Kajian Budaya.

“Saya banyak belajar di Kajian Budaya Unud, rasanya lengkap pengetahuan terapan dengan teori,” katanya suatu waktu.

Pada sosok Madiun, pengetahuan terapan pariwisata dan pengetahuan budaya berbasis pendekatan kritis menyatu dengan baik.

Memang, dengan meraih doktor, Pak Madiun lalu semakin memiliki kualifikasi mengajar di jenjang master dan doktor, misalnya di Program Doktor Pariwisata di Unud. Sebelumnya, dia sudah banyak mengajar di Jakarta, untuk program master.

Dosen Favorit

Pak Madiun juga mengajar di Prodi Magister Kajian Pariwisata Unud, sejak lama sekali. Dia adalah dosen favorit bagi mahasiswa. Banyak mahasiswa mengaguminya. Pengetahuannya luas untuk bidang yang diajarkan, dalam mengajar dia cerdas, dan penuh humor membuat proses belajar-mengajar menjadi riang.

Popularitas Pak Madiun sebagai dosen juga terbukti dari banyaknya mahasiswa meminta dia menjadi pembimbing dan penguji tesis. Dia mudah didekati, murah hati dalam berbagi ilmu, pandai bertutur sehingga saran dan kritik yang disampaikan selalu diterima baik oleh mahasiswa tanpa rasa takut dan tertekan.

Dr. Nyoman Madiun bersama keluarga.

Kemampuan komunikasi yang baik membuat dia sangat dikagumi mahasiswa. Dia adalah guru yang bisa menjadi teman bagi mahasiswa, dan teman yang bisa menjadi guru bagi kolega tanpa pernah menggurui.

Sosok Dedikatif

Pak Madiun adalah sosok pekerja keras dan penuh pengabdian, bekerja tulus ikhlas tanpa pamerih. Dia mengabdi di berbagai lini. Kecekatan bekerja, tanggung jawab, dan kualitas personalnya membuat dia diterima dan diajak mengabdi di berbagai tempat, termasuk di BPPD Kota Denpasar.

Pak Madiun juga menjadi salah satu dari tiga Komite Penjamin Mutu Badan Diklat Provinsi Bali, bersama Ida Bagus Anom (mantan Kakanwil Diknas Provinsi Bali) dan I Nyoman Darma Putra (Kaprodi Magister Kajian Pariwisata Unud).

Sebagai komite, dia harus memantau jalannya diklat, memberikna saran, membuat laporan, dan tentu saja ikut menjadi pengajar dan penguji di Badan Diklat Bali. Belakangan Diklat Bali memfokuskan pendidikan dan latihan tematik pariwisata, maka tenaganya sangat diperlukan. Dia selalu siap mengabdi. Badan Diklat Bali sangat merasa kehilangan.

Pak Madiun juga mengajar di program-program internasional di Unud, seperti BIPAS (Bali International Program for Asian Studies) yang diikuti mahasiswa dari Eropa dan Amerika. Dia juga mampu mengajar dalam bahasa Inggris, hasil pengalamannya kuliah di Inggris dulu.

Sosok Simpatik dan Santun

Pak Madiun adalah sosok yang simpatik, murah senyum, dan santun kepada siapa saja. Ketika dia pergi untuk selamanya, banyak orang berduka dalam.

Di Prodi S-2 Kajian Pariwisata dan program Doktor, masih ada sejumlah mahasiwa yang masih dalam proses penyusunan tesis dan penulisan disertasi. Ada juga yang sudah selesai proses ujian tesis tetapi masih menanti tandatangannya. Dalam keadaan sudah letih dan lelah sebelum masuk rumah sakit, Pak Madiun masih simpatik melayani komunikasi mahasiswa asuhannya. Kebaikannya membuat semua anak didiknya merasa sedih kehilangan Pak Madiun.

Dr. Nyoman Madiun (kedua dari kiri) saat ujian tesis Diah Sastri (tengah) bersama Kaprodi S-2 Kajian Pariwisata Prof. I Nyoman Darma Putra (kanan).

Diah Satri Pitanatri, salah seorang juniornya sesama dosen di STP Nusa Dua sekaligus mahasiswa bimbingannya di S-2 Kajian Pariwisata Unud, merasa sedih mendalam kehilangan Pak Madiun. Dalam FB-nya, Dia Sastri menulis status untuk Pak Madiun dengan sangat menyentuh:

Tidak pernah terpikirkan Pak Madiun akan pergi secepat ini… Masih banyak mimpi dan karya yg ingin saya raih bersama Bapak.. Selamat jalan Bapak Nyoman Madiun.. Bapak tidak hanya pembimbing saya, namun juga orang tua, guru, sahabat dan motivator yang tidak akan pernah saya lupakan.. Terima kasih telah memberi begitu banyak inspirasi dan semangat kepada saya.. Dumugi Pak Madiun Amor ring Acintya, diberikan kebahagiaan dan tempat yang indah disana, menyatu dengan Sang Brahman.. Suksma untuk semuanya nggih Pak….

Saya sendiri, sebagai juniornya, merasa sangat nyaman bekerja dengan Pak Madiun. Di kampus kami sering menguji bersama. Dia selalu datang on time, disiplin, dan jika terlambat karena macet dari perjalanan dari STP Nusa Dua ke kampus Unud Denpasar, dia mengirim pesan sehingga ujian bisa dilaksanakan.

Seharusnya saya berjumpa dan rapat di Badan Diklat Provinsi Bali, Selasa, 31 Mei 2016, untuk menyusun laporan tiga bulanan Komite Penjaminan Mutu. Hari itu Pak Madiun tidak hadir. Draft laporan saya email untuk mendapat masukan. Tak ada balasan, saya maklum dia sibuk, namun belakangan ternyata dia sakit.

Minta Bantuan

Saat itu saya ingin sekali jumpa dengan Pak Madiun minta tolong untuk membantu kami di Prodi Magister Kajian Pariwisata menyusun dokumen akreditasi. Akhirnya saya mengirim pesan WA saat itu juga. Biasanya komunikasi lewat WA langsung dijawab, tapi saat itu, jawabannya terunda 24 jam, 1 Juni baru datang dan mengabarkan bahwa dia lelah, sebagai berikut:

Selamat pagi Pak Prof, tyang sangat terlambat merespon wa Pak Prof tidak seperti biasanya. Sejak 2 hari hari lalu kondisi kesehatan tyang kurang fit. Mungkin akumulasi kelelahan akibat tugas ke luar daerah yang menguras fisik. Tyang harus istirahat/bed rest untuk beberapa hari. Tyang mohon maaf tidak dapat melaksanakan/menuntaskan tugas2 yang Pak Prof percayakan kepada tyang. Tyang berjanji apabila kondisi sudah kembali prima, tyang akan laksanakan dengan sebaik-baiknya. Terimakasih atas kepercayaan Prof kepada tyang.

Salam.

Itulah komunikasi saya terakhir dengan Pak Madiun, sosok yang simpatik, cerdas, humoris dan santun. Kepergiannya adalah kehilangan besar bagi kami keluarga Program Studi Magister Kajian Pariwisata Unud. Kepergiannya sebagai dosen favorit tak akan tergantikan!

Selamat Jalan Pak Nyoman Madiun, jasamu yang mahamulia kukenang selalu (Darma Putra).